Shalat, pikiran dan perasaan, apakah ada korelasinya? Ya jelas ada. Manusia adalah makhluk holistic; “semua tubuh saling berhubungan”, saling bersinergi. Oleh karenanya, bila tubuh kita sakit, tidak cukup kita beli obat di apotik atau disuntik saja. Ada unsur lain yang kita butuhkan selain obat-obatan. Ternyata ada unsur jiwa membutuhkan nutrisi.
Arti kata jiwa atau mental (ruhani) berhubungan dengan pikiran dan perasaan manusia.
Sebagaimana disebutkan di awal, shalat bukan hanya aktivitas fisik, melainkan juga sebagai aktivitas mental. Dalam kata lain, shalat tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik (yang saya sebut sebagai olahraga atau senam keagamaan), tetapi juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mental (olahjiwa). Di bawah ini akan diuraikan hubungan antara shalat dengan pikiran dan perasaan (mental) manusia.
Dari hasil berbagai penelitian ilmiah, para ahli neurologi berkesimpulan bahwa berpikir merupakan aktivitas dwi-arah. Maksudnya, pikiran mempengaruhi tubuh, dan apa yang terjadi pada organ-organ tubuh mempengaruhi pikiran. Keadaan saling mempengaruhi inilah yang membuat pikiran manusia tidak statis. Pikiran manusia senantiasa berubah-ubah bergantung pada keadaan atau apa yang terjadi pada organ-organ tubuhnya.
Sifat berubah-ubah (dinamis) inilah yang membuat manusia berkemampuan untuk mengubah nasibnya, bahkan mengubah keadaan dunianya. Tidak ada makhluk lain yang dianugerahi kemampuan seperti ini. Itulah sebabnya, sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan berpikir dinamis (homo sapien), manusia merupakan makhluk paling sempurna. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin [95] : 4).
Menurut para ahli neurologi, otak merupakan organ tubuh yang membuat manusia dapat berpikir. Otak adalah pusat pengendali tubuh. Ia terdiri atas sejumlah sel khusus yang membutuhkan dukungan dari organ-organ tubuh lainnya. Pada korteks (cortex), terdapat milyaran sel saraf (neuron). Darah yang menyebarkan oksigen dan gizi ke seluruh tubuh juga disalurkan ke otak. Reseptor khusus pada jaringan system saraf sensorik yang tersebar disekujur tubuh berfungsi menerima sinyal dan – melalui impuls saraf – diteruskan ke otak untuk memberikan informasitentang peristiwa yang sedang terjadi dalam berbagai organ dan system tubuh. Reseptor ini pun memberikan berbagai informasi pada otak tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium, dikecap, disentuh, dan dialami.
Mereka memberitahukan pada otak tentang apakah anda sedang berdiri atau duduk, merasakan panas atau dingin, berjalan ke utara atau ke selatan, atau apakah hidung anda sedang gatal atau tersumbat. Informasi yang masuk atau diterima otak ini kemudian disortir oleh otak dan ditindaklanjuti atau disimpan dalam ingatan. Hasil akhir dari serangkaian kegiatan otak (aktivitas elektrokimia) disebut pikiran (thought). Tidak hanya dapat menyortir beragam informasi yang masuk, otak pun mampu mengevaluasi rangsangan yang masuk berdasarkan pengalaman masa lalu yang diambil dari bank ingatan (memory).
Apabila kita memperhatikan dan melakukan gerakan-gerakan shalat dengan tepat dan maksimal, dapat dirasakan bahwa gerakan-gerakan shalat itu dapat melenturkan urat-urat saraf dan otot yang pada gilirannya berpengaruh terhadap otak.
Pikiran berhubungan erat dengan perasaan. Pikiran dapat diwarnai oleh perasaan, seperti senang, sedih, suka, atau benci. Tegasnya, perasaan memberikan cita rasa pada pikiran. Hasil dari pikiran bisa menguntungkan atau merugikan organ tubuh tertentu. Misalnya, ada seseorang yang mengatakan sesuatu yang melukai perasaan anda, pikiran anda segera aktif memberikan reaksi berupa perintah pada tangan anda untuk memukul orang itu. Boleh jadi, tangan yang anda gunakan untuk memukul tersebut adalah pelampiasan amarah dari perasaan yang terluka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar