Jumat, 02 Agustus 2013
Peneliti Ciptakan Alat Analisis Tangis Bayi
Tangisan bayi bisa menjadi faktor penting dalam penentuan masalah kesehatan yang mungkin tetap tidak terdeteksi. Bagi orang tua, tangisan bayi adalah sinyal rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Namun, bagi para ilmuwan, fitur akustik halus dalam tangisan bayi dapat menyimpan informasi yang lebih penting mengenai kesehatan bayi.
Sekelompok peneliti dari Universitas Brown dan rumah sakit ibu dan anak di Rhode Island, AS, telah mengembangkan alat berbasis komputer yang dapat menganalisis tangisan bayi. Dengan alat ini, para peneliti berharap dapat mengidentifikasi masalah neurologis atau gangguan perkembangan bayi melalui tangisannya. Mereka percaya alat ini juga dapat mendeteksi autisme pada bayi.
“Ada banyak kondisi yang mungkin dapat tergambar dari perbedaan akustik dalam tangisan,” ujar Dr. Stephen Sheinkopf dari Universitas Brown, seperti dikutip Daily Mail, Jumat, 12 Juli 2013. Misalnya, bayi dengan trauma lahir atau cedera otak akibat komplikasi atau kehamilan akan memiliki efek medis di kemudia hari. Begitu pula dengan bayi prematur.
“Analisis tangis dapat menjadi pengukuran untk gangguan sistem neurobiologis dan neurobehavioral pada bayi sedini mungkin,” ujar Sheinkopf.
Sistem ini beroperasi dalam dua tahap. Selama tahap pertama, analisis akan membagi rekaman tangisan bayi dalam setiap 12,5 milidetik frame. Di dalam setiap frame, tangisan akan dianalisis berdasarkan beberapa parameter, yakni karakteristik frekuensi, suara, dan volume.
Sementara dalam tahap dua, tangisan akan dianalisis dengan menggunakan data dari data pertama untuk memberikan pandangan yang lebih luas dari teriakan bayi dan memilah-milah parameter mana yang paling dominan. Pada akhirnya, sistem mengevaluasi untuk 80 parameter yang berbeda, masing-masing bisa memegang petunjuk tentang kesehatan bayi.
“Intinya, kami yakin bahwa tangis adalah jendela otak,” kata Barry Lester, peneliti lainnya. Sementara untuk mendeteksi autisme, Dr. Sheinkopf menyatakan, sejak dulu peneliti sudah menyadari ada perbedaan vokal pada penderita autisme dewasa.
“Penderita autisme dewasa memiliki vokalisasi yang tidak biasa atau atipikal,” kata Dr. Sheinkopf. Jadi, para peneliti juga menyakini, atipikal pada penderita autisme sudah terjadi pada mereka saat bayi. Dan, autisme ini dapat tergambarkan dari tangisnya.
ane cuma sekedar share, sebelumnya ane mohon maaf karena ane ngga mengerti tentang sains, lalu bagaimana tanggapan agan2 sekalian tentang penelitian ini?
sumber: TEMPO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar