Wanita Mukmin Yang Do’a Pengaduannya Dijawab Langsung Oleh Allah
Seorang wanita yang memiliki kecerdasan yang luar biasa,
memiliki perangai yang baik, santun dalam bergaul serta fasih dalam
berbicara Beliau adalah Khaulah binti Tsalabah bin Ashram bin Fahar bin
Tsalabah Ghanam bin Auf. Suatu hari beliau mendapati
suaminya Aus bin Shamit dalam masalah dan marah-marah, sampai dia
berkata, Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku!
Kemudian Khaulah keluar menemui Rasulullah, lalu dia
menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya. Maksud
kedatangannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan Nabi dalam
urusan tersebut. Rasulullah bersabda, Kami belum pernah mendapatkan
perintah berkenaan urusanmu tersebut…aku tidak melihat melainkan engkau
sudah haram baginya.
Sesudah itu wanita mukminah ini
senantiasa dan tidak henti-hentinya mengangkat kedua tangannya ke langit
sedangakan dihatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Pada kedua
matanya nampak meneteskan air mata dan semacam ada penyesalan, maka
beliau menghadap Yang tiada akan rugi siapapun yang berdoa kepada-Nya.
Beliau berdoa, Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang
peristiwa yang menimpa diriku.
Sehingga suatu ketika Rasulullah pingsan sebagaimana beliau
pingsan manakala menerima wahyu. Kemudian setelah Rasulullah sadar
kembali, beliau bersabda, Wahai Khaulah, sungguh Alloh telah menurunkan
Al Quran tentang dirimu dan suamimu, kemudian Rasulullah membaca
firman-Nya,
Sesungguhnya Allah
telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu
tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah
mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat,…sampai firman Allah: dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih. (Al-Mujadillah: 1-4)
Alangkah bagusnya seorang wanita mukminah semacam Khaulah,
beliau berdiri dihadapan Rasulullah dan berdialog untuk meminta fatwa,
adapun istighotsah dan mengadu tidak ditujukan melainkan untuk Allah
Taala. Ini menandakan kejernihan iman dan tauhid yang telah
dipelajarinya dari Rasulullah.
Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarat (tebusan) Zhihar:
Nabi: Perintahkan kepadanya (suami Khasa) untuk memperdekakan seorang budak!
Khaulah: Ya Rosululloh dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan.
Nabi: Jika demikian perintahkan padanya untuk shaum dua bulan berturut-turut.
Khaulah: Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.
Nabi: Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin.
Khaulah: Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.
Nabi: Aku bantu dengan separuhnya.
Khaulah: Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.
Nabi: Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaullah dengan anak pamanmu itu secara baik.
Nabi: Perintahkan kepadanya (suami Khasa) untuk memperdekakan seorang budak!
Khaulah: Ya Rosululloh dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan.
Nabi: Jika demikian perintahkan padanya untuk shaum dua bulan berturut-turut.
Khaulah: Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.
Nabi: Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin.
Khaulah: Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.
Nabi: Aku bantu dengan separuhnya.
Khaulah: Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.
Nabi: Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaullah dengan anak pamanmu itu secara baik.
Dalam riwayat lain Umar bin Khathab berkata, Demi Alloh sendainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau menyelesaikan hal yang dikehendakinya, kecuali jika telah datang waktu shalat maka aku akan mengerjakan shalat kemudian kembali mendengarkan sehingga selesai keperluannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar