Direktur Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Petrus Golose menyebut, jejaring pelaku teror sangat pahan bagaimana memaksimalkan dunia internet, baik untuk melakukan penggalangan dana, jual beli senjata, hingga melakukan pengkaderan. Kelompok teroris terpantau rajin menggunakan media sosial seperti Youtube dan Facebook.
"Aksi teror via internet, mereka dengan sengaja membeli senjata bahkan menggunakan video call," katanya dalam seminar "Penggunaan Internet Untuk Kegiatan Terorisme di Indonesia" (studi kasus pendanaan terorisme) di STIK-PTIK, Jakarta.
Youtube, lanjut Petrus, dimanfaatkan oleh pelaku teror bernama Mustakim. "Dulu pernah ketangkap, tapi muncul lagi di Aceh. Jadi kelompok mereka melakukan propaganda di Youtube," ucap Petrus.
Penggalangan dana, lebih lanjut dijelaskan Petrus, biasa dilakukan teroris dengan cara membobol rekening bank, atau meretas (hacking) situs-situs tertentu.
"Hacking digunakan untuk pendanaan terorisme, internet juga digunakan untuk belajar membuat bom melalui internet. Ada juga pelatihan teror secara online. Kemudian ada yang pakai video call, seperti yang di JW Marriot. Ini (bom Marriot) dikontrol takutnya pas eksekusi si pelaku berubah mindset. Nah, ini bisa juga lewat Facebook," ujar Petrus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar