Kamis, 11 Juli 2013

Fatamorgana Indahnya Selingkuh

selingkuh

Aku masih termangu tak percaya dengan beberapa sms yang barusan aku terima. Kalimatnya menohok hatiku. Membuat rasa tak nyaman menjalar dalam desiran darahku. Aku tak mengenal nomor pengirimnya, tapi rasanya aku tahu siapa dia. Sepenggal kalimat yang kemudian benar-benar mengusik hatiku. Bukan karena aku merasa terganggu, tapi lebih dari itu. Rangkaian kalimatnya menuntunku untuk berpikir tentang sebuah kata : selingkuh. Sebuah kata yang di saat sekarang telah sedikit banyak menodai ikatan agung pernikahan.

Selingkuh menjadi tren dan semakin akrab di telinga masyarakat sejak dipublikasikannya sebuah hasil penelitian beberapa tahun lalu, yang menyatakan bahwa 2 dari 3 pria Jakarta melakukannya. Artinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua diantara tiga orang pria ternyata tidak setia pada pasangan. Meski begitu bukan berarti hanya pria yang terkategori tidak setia, karena pada faktanya banyak juga wanita yang melakukan hubungan khusus di luar pernikahan syahnya alias selingkuh. Selingkuh tak lagi hanya didominasi suami sebagai pelakunya. Para istripun seolah tak mau kalah ikut serta berperan aktif di dalamnya.

Mengutip perkataan pelaku selingkuh, selingkuh itu indah, sensasinya amat menggetarkan, nikmatnya mendebarkan, tantangannya memacu adrenalin, dan rasanya menggoda, pokoknya melebihi hubungan syah dalam pernikahan. Sensasi inilah yang mungkin memicu orang untuk berselingkuh, tak ada pembedaan mengenai siapa yang lebih berpeluang selingkuh, pria atau wanita. Ketika sama-sama tak beriman, maka keduanya tidak berbeda, berpotensi untuk selingkuh. Selingkuh menjadi hal indah ditengah rutinitas membosankan setelah bertahun-tahun mengarungi bahtera perkawinan, tanpa menyadari keindahan dalam selingkuh hanya sebuah fatamorgana. Nikmat membawa dosa. Dan yang namanya dosa maksiat pasti akan membawa sengsara dunia akhirat jika tak segera bertobat.

Hakikatnya, dalam Islam selingkuh adalah salah satu perbuatan yang mendekati zina.
Aktifitas yang terjadi saat aturan Islam tentang pergaulan dicampakkan. Berdua-duaan, bersepi-sepi dan berkomunikasi tanpa batas. Rambu-rambu interaksi antar lawan jenis yang hanya boleh pada masalah pendidikan, pengobatan dan jual beli dilanggar dengan sadar dan sengaja.

Perselingkuhan pada dasarnya adalah juga perbuatan yang mengikuti hawa nafsu. Tak mungkin yang namanya selingkuh, tidak terpikirkan masalah sex dan syahwat. Apalagi jika pelakunya adalah orang-orang yang pernah atau sedang terikat oleh tali pernikahan.

Karena siapapun ia, pria atau wanita sama-sama memiliki kebutuhan biologis untuk dipenuhi. Tiap manusia telah Alloh anugerahi dengan sex feeling tersendiri untuk daya tarik terhadap lawan jenis. Pemanfaatan atas anugerah inilah apakah sesuai dengan aturan main Alloh atau tidak, yang akan dimintai Alloh pertanggungjawaban.

Fenomena perselingkuhan saat sekarang di masyarakat benar-benar telah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Bahkan bukan hal rahasia lagi jika perselingkuhan pun menimpa kalangan dewan yang terhormat. Setidaknya ini terlihat dari banyaknya aduan yang masuk ke DPR  sebagaimana yang ditayangkan TV One beberapa hari lalu. Kalangan elit atas saja yang notabene berpendidikan dan tahu aturan agama juga berselingkuh, bagaimana dengan kalangan rakyat biasa. Rakyat kebanyakan yang mungkin  juga bercermin pada wakil-wakilnya di DPR.

Demikian juga dengan kasus AF bersama puluhan wanita cantik di sekelilingnya, semakin menunjukkan bahwa selingkuh telah menjadi jalan alternatif yang “menarik dan menantang” untuk memenuhi hasrat ketertarikan dengan lawan jenis. Belum lagi kasus-kasus perselingkuhan lain yang beritanya bertaburan di berbagai media hampir setiap hari.

Setidaknya ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa seseorang berselingkuh. Mungkin awalnya tak berniat selingkuh, tapi ketika mulai muncul tindakan curhat berbagai masalah pada bukan pasangan halal, sejatinya telah membuka celah bagi syaiton untuk semakin masuk ke dalam. Seperti sebuah peribahasa bahwa benih-benih cinta mulai tumbuh karena seringnya bersama /bertemu. Bisa jadi karena ada persoalan di antara suami istri dengan segala macam bentuknya, selingkuh jadi pelarian. Bahkan karena jatuh cinta lagi pada orang lain di saat cinta dengan pasangan mulai layu dan memudar pun bisa menjadi penyebab perselingkuhan. Intinya hanya bermuara pada satu hal : meninggalkan hukum yang datangnya dari Alloh.

Apakah hukum Jahiliyah yg mereka kehendaki, & (hukum) siapakah yg lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yg yakin? ( TQS: Al Maidah 50 )

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna, yang berisi segala macam hukum yang komprehensif yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Maka ketika Islam disisihkan, terjadilah kekacauan dan permasalahan menimpa manusia. Salah satunya adalah selingkuh yang membawa dampak amat mengerikan. Perceraian, perzinahan, bahkan lahirnya generasi tanpa nasab dan tak jelas siapa ayahnya.

Alloh Sang Pencipta manusia lebih tahu apa yang terbaik untuk manusia. Karena itulah bersama dengan penciptaan manusia, Alloh menurunkan seperangkat aturan agar kehidupan manusia penuh keberkahan dan kebahagiaan dunia akhirat. Kala aturanNya diterapkan, maka tak akan pernah ada permasalahan yang muncul akibat ulah tangan manusia sendiri yang membuat kerusakan di muka bumi. Hidup lebih indah jika menaatiNya, termasuk pasti lebih indah tanpa ada selingkuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar