KOMPAS.com - Sebagian besar orang mungkin sudah mulai meninggalkan mesin tik dan beralih ke alat yang lebih canggih, yaitu komputer. Namun, bagi negara Rusia, mesin ini masih sangat berguna.
Sebuah sumber di Federal Guard Service (FSO), lembaga keamanan pemerintah dengan tugas melindungi pejabat eselon tinggi Rusia, mengklaim bahwa mereka telah kembali ke mesin tik. Keputusan tersebut, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (18/7/2013), diambil agar informasi rahasia negara tidak bocor.
Sudah beberapa kali informasi penting Rusia, yang seharusnya rahasia, jatuh ke pihak-pihak yang tidak diinginkan, seperti WikiLeaks. Pemerintah Rusia pun tidak mau kasus Edward Snowden terjadi di negara mereka.
FSO sendiri menghabiskan dana yang cukup besar untuk pengadaan mesin tik elektrik. Dikatakan, FSO mengeluarkan uang sebesar 486.000 roubles atau sekitar RP 153 juta. Nilai uang tersebut sudah termasuk pita tinta buatan Jerman Triumph Adlew TWEN 180, meskipun masih belum diketahui jenis dari mesin tik yang dibeli.
"Setelah skandal dengan distribusi dari dokumen rahasia oleh WikiLeaks, ekspos oleh Edward Snowden, laporan tentang Dmitry Medvedev diperdengarkan dalam kunjungan ke acara G20 di London, diputuskan untuk meningkatkan penggunaan dokumen berbentuk kertas," kata seorang sumber dari FSO.
"Semua dokumen tidak dibuat pada perangkat elektronik. Hal tersebut diperlakukan di kementerian keamanan, kementerian darurat, dan layanan spesial," ujarnya.
Sebelumnya, nama Edward Snowden, seorang kontraktor badan keamanan nasional AS (NSA), mendadak tenar karena ia membocorkan beberapa rahasia penting negara AS. Snowden membocorkan rahasia pemantauan hubungan elektronik yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat.
Snowden juga juga diketahui membeberkan rahasia yang menyatakan bahwa Inggris memata-matai beberapa petinggi Rusia saat ajang G20 di London, Inggris pada 2009 lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar