Minggu, 14 Juli 2013

Hidup Tanpa Takut Kehilangan

pedagang keliling

Oleh: Bagas Triyatmojo, Surabaya
KETIKA sholat Ashar tadi sebelum memasuki masjid, saya lihat ada ‘dagangan’ kue di luar masjid, tapi tidak ada yang menunggunya. Mungkin yang punya lagi sholat.
Selesai sholat, saya lihat seorang bapak beranjak dari shaf, dan membawa pakaian ganti. Saya perhatikan di luar masjid, ternyata bapak yang membawa pakaian ganti itu, pedagang kue yang tadi saya lihat dagangannya.

Setelah berganti pakaian, bapak itu kembali berjalan dan memanggul dagangannya, dengan handuk kecil di lehernya.

Ya Allah, mungkin di mata manusia ia memang pedagang kecil, tapi ketika ia sholat tepat waktu di tengah perjalanan dagangmu, ketika engkau membiarkan daganganmu di luar tanpa penjagaan, ketika engkau senantiasa membawa, dan mengenakan pakaian bersihmu untuk sholat, sungguh Allah melihat apa – apa yang diperbuat hambaNya.

Melihat beliau, aku belajar banyak hal. Beliau mencari nafkah. BERUSAHA mendapatkannya dengan berdagang, namun beliau tidak lupa, bahwa Allah-lah pemilik nafkah yang dicari cari itu.

Ketika mencari nafkah itu wajib, beliau tidak melupakan kewajiban yang lebih utama, sholat. Pantaskah bila ingin mendapatkan rezeki, namun tidak ingat kepada Pemilik rezeki? Bagaimana dengan kita? boleh jadi kita sering lupa mengingatNya, karena sibuk urusan dunia.

Beliau meninggalkan dagangannya di luar,  bukan di pelataran masjid, tapi di luar gerbang masjid. Ah, indah sekali, ketika kita dengan tanpa beban mampu melepaskan sesuatu, dan membiarkan Allah menjaganya, karena memang Allah sebaik – baik penjaga.

Rasa memiliki akan membuat kita berat untuk melepaskan. Padahal dari mulanya, kita tidak memiliki sesuatu. Ketika seseorang telah sadar, apa yang ada dalam genggaman bukanlah miliknya, tetapi titipanNya. Maka kemanapun kaki melangkah pasti akan terasa ringan.
Hidup tanpa takut kehilangan. Allah sebaik baik penjaga. Ketika nyatanya sesuatu dalam penjagaan kita hilang, bukan berarti Allah tidak menjaganya. Tidakkah kita curiga, bahwa sebenarnya yang sedang dijaga adalah hati kita, dari rasa memiliki yang berlebihan adanya?

Dan ketika di sela – sela peluh dan debu yang menemani kesehariannya, bapak itu tetap mengenakan pakaian yang baik, yang bersih ketika menghadap Allah. Ketika hadir di undangan saja berpakaian rapih, apalagi kalau yang mengundang orang penting. Wah, penampilan ga boleh acak acakan. Biasanya. Umumnya.

Bagaimana dengan sholat? Ketika Allah yang memanggil kita, mengundang kita. Bagaimana penampilan kita?  Allah Maha Baik. Pakaian tidak harus mahal, baru, mewah. Cukup pakaian yang baik, yang bersih, dan wangi. Bapak yang kesehariannya berjualan keliling saja, bisa berpakaian bersih dan rapi saat sholat, apakah kita tidak?
Saya tahu bapak penjual kue tidak membaca ini, tapi saya ingin berterimakasih kepada beliau karena telah mengajari hal hal sederhana, yang mungkin terlupakan. Semoga berkah Pak, untuk setiap rezeki yang bapak terima dari hasil berdagang kue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar