Jumat, 28 Juni 2013

10 Dimensi Kehidupan Di Luar Pemikiran Kita


Semalam sebelum tidur, saya mencoba untuk merenungkan secara pribadi mengenai kehidupan. Kali ini permenungannya agak luar biasa, karena saya mencoba berandai-andai mengenai dimensi kehidupan. Awal permenungan berasal dari pertanyaan sederhana: jika di dunia ini terdapat alam manusia dan apa yang kita sebut alam roh, bagaimana alam-alam tersebut berhubungan satu sama lain?

Saya pernah membaca beberapa literatur agama dan spiritualisme, yang berbicara mengenai kekuatan meditasi untuk memasuki alam lain (alam astral), tujuh tingkat langit dan perjalanan Nabi Muhammad menyinggahi langit-langit tersebut, serta definisi-definisi mengenai surga dan neraka baik yang memandangnya sebagai suatu tempat (bersifat solid) maupun sebagai suatu keadaan (berhubungan dengan roh). Pagi ini, dengan bantuan Mr. Google, saya coba mencari kajian-kajian ilmiah mengenai hal tersebut, dan berkenalan dengan “teori untai” (string theory) yang dikembangkan oleh ahli-ahli metafisika pada saat ini, untuk menerangkan asal mula alam semesta dan rahasia sebelum terjadinya ledakan besar (big bang) pada big bang theory.

Hasilnya, adalah sebuah hipotesa yang bersifat personal mengenai dimensi-dimensi dalam kehidupan kita. Karena hipotesa ini merupakan hasil kajian pribadi dan mungkin bertentangan dengan keyakinan agama serta kepercayaan yang sobat anut, maka bagi sobat yang merasa hipotesa ini akan menyesatkan atau mengganggu keyakinan sobat, saya anjurkan untuk tidak meneruskan membaca artikel ini.

Well, saya mulai hipotesa saya dari sesuatu yang disebut dimensi. Menurut Wikipedia, dalam penggunaan umum, dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek—yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Dimensi nol adalah dimensi tanpa pergerakan, contohnya adalah sebuah titik. Oleh karenanya, dimensi ini juga disebut sebagai Dimensi Titik. Dimensi kesatu menggambarkan pergerakan di antara dua titik, yang bila digambarkan akan membentuk garis, inilah Dimensi Garis.

Dimensi kedua menggambarkan pergerakan di antara tiga titik atau lebih dalam satu bidang datar, karenanya disebut Dimensi Bidang. Sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu titik pada bidang (misalnya sebuah kota pada peta) dibutuhkan dua parameter— lintang dan bujur. Dengan demikian, ruang bersangkutan dikatakan berdimensi dua, dan ruang itu disebut sebagai bersifat dua dimensi. Apabila kita menggambarkan posisi pesawat terbang (relatif terhadap bumi) membutuhkan sebuah dimensi tambahan (ketinggian), maka posisi pesawat terbang tersebut dikatakan berada dalam ruang tiga dimensi (sering ditulis 3D), jadi dimensi ketiga disebut Dimensi Ruang.

 

Nah, yang selama ini kita rasakan, pelajari, dan kasat mata adalah dimensi nol sampai dimensi tiga. Keempat dimensi tersebut sangat mudah dipahami karena merupakan lingkungan dimana manusia hidup. Teori-teori yang tidak terbantahkan dan sudah terbukti sangat banyak membahas keempat dimensi ini.

Dalam perkembangan pengetahuan, muncul teori relativitas Einstein yang memasukkan waktu sebagai Dimensi Keempat. Menurut Enstein, pergerakan dari satu titik ke titik yang lain terlepas dari apakah pergerakan tersebut terjadi di dimensi bidang atau dimensi ruang, secara relatif akan dilihat oleh pihak ketiga sebagai pergerakan dua dimensi antara dua titik (bidang datar). Jika pihak ketiga (sebagai pihak yang melihat) juga dalam keadaan bergerak (dalam hal ini lebih cepat dari kecepatan cahaya) maka kombinasi antara bidang pergerakan dan waktu akan menghasilkan kecepatan relatif pergerakan tersebut dari sudut pandang pihak ketiga. Teori ini menjadi fenomenal karena mendobrak teori-teori mapan yang sudah ada, dan sampai saat ini telah terbukti secara ilmiah. Teori ini memandang konsep waktu tidak seperti yang selama ini kita gunakan, yaitu berupa sebuah timeline (rentet waktu), namun memandangnya sebagai sebuah relativitas. Teori ini juga mengembangkan pemikiran untuk terciptanya sebuah mesin waktu, dimana manusia bisa kembali ke masa lalu atau menuju ke masa depan jika dapat bergerak diatas kecepatan cahaya.

Sejak beberapa dekade yang lalu, berkembang sebuah teori baru yang disebut “teori untai” atau string theory. Teori ini pada dasarnya sejalan dengan teori relativitas Einstein, namun memasukkan unsur gravitasi antar objek ke dalam perhitungan. Menurut teori ini, dalam suatu skala ruang sub-atomik, masing-masing pergerakan menimbulkan gravitasi satu sama lain, dan oleh karenanya saling berpengaruh. Perkembangan teori ini menunjukkan suatu hal fenomenal, yaitu semesta tempat kita berada tidak hanya terdiri dari satu kesatuan dimensi (dimensi ruang tempat kita berada), namun besar kemungkinan terdiri dari multi-dimensi ruang, dimana dimensi-dimensi ruang tersebut terhubung oleh dimensi waktu. Sampai dengan hasil penelitian pada saat ini, selain dimensi yang kita tinggali, terdapat lima dimensi ruang lainnya yang juga eksis dan ada dalam kehidupan semesta, sehingga jumlah keseluruhan dimensi ruang menjadi enam buah dimensi yang terhubung oleh waktu. Dimensi-dimensi tersebut adalah nyata, namun hubungan antar dimensi hanya dapat dilakukan dalam skala sub-atomic dengan kecepatan yang super tinggi.

Jadi, dalam kehidupan kita, terdapat 10 dimensi, yaitu Dimensi Titik, Dimensi Garis, Dimensi Bidang, Dimensi Ruang (yang kita tinggali), lima Dimensi Ruang lain, dan Dimensi Waktu sebagai penghubung. Hal yang menarik adalah, terbuka suatu kemungkinan adanya kehidupan-kehidupan lain, di alam yang sama, di tempat yang mungkin sama, pada saat yang sama, namun saling tidak menyadari keberadaannya satu sama lain kecuali melalui sebuah hubungan dalam kondisi tertentu.


Sampai di sini, saya kembali teringat mengenai tingkat-tingkat langit. Apabila tingkatan langit bukanlah tingkatan tempat, namun merupakan tingkatan Dimensi Ruang, maka bagi saya cukup masuk di akal bahwa kita manusia hidup dalam kebersamaan dengan alam barzhak (alam astral), dan entah di tingkatan mana kita berada. Menjadi cukup masuk akal juga bahwa melalui cara-cara supranatural, dimana roh, pikiran, perasaan manusia menjadi medianya, kita dapat berhubungan dengan dimensi lainnya. Menjadi masuk akal bahwa di tempat saya mengetik pada saat ini, ada “sesuatu” atau “seseorang” yang lain tengah mengerjakan hal lain yang berbeda, dengan situasi yang berbeda. Bisa jadi pula bahwa surga dan neraka merupakan sebutan untuk Dimensi Ruang yang lain tersebut. Meyakini teori untai ternyata sejalan dengan kepercayaan dan spiritualisme yang berkembang dalam sejarah kehidupan umat manusia !

Jika roh bisa bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka kita (yang memiliki roh) bisa berpindah dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain, dengan cara meninggalkan badan kasar kita. So, kemana perginya roh orang yang meninggal dunia ?


Satu yang saya juga yakini secara pribadi, bahwa seluruh Dimensi Ruang memiliki “aturan main”, sehingga kita tidak mungin berpindah-pindah semau kita. Ada suatu Kekuatan Utama yang memegang peranan untuk hal tersebut, dan Dia lah yang mencakup ke sepuluh dimensi, berada di luar pengaruh dimensi-dimensi tersebut, serta menjadi pencipta dimensi-dimensi tersebut, the Supreme Being, God.


Sukar dipercaya oleh akal kita yang terbatas, namun cukup dapat diterima oleh imajinasi. Akhirnya, kembali lagi kepada agama-agama dan kepercayaan kita, saya yakini pada dasarnya mereka membimbing kita, dengan cara yang tidak kita sadari dan mengerti, untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkatan dimana kita berada sekarang, atau mencapai tingkatan tertinggi yang disebut surga.

Jadi, surga itu tempat atau keadaan ya . . . ? Bingung . . . ! !

Mohon pengertian para sobat bahwa tulisan ini merupakan opini pribadi saya, dan apabila ada sobat yang lebih tahu dan memandang pemahaman saya mengenai string theory tersebut tidak tepat / tidak benar, saya harapkan komentar serta kritiknya, agar kita dapat sama-sama berkembang dalam pemahaman spiritual mengenai kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar