Minggu, 02 Juni 2013

Murid Tk Cabuli Teman Sekelas, Salah Siapa?


Edan benar zaman ini. Perilaku asusila kini bisa dilakukan siapa saja, termasuk bocah ingusan sekalipun.
Setelah kasus 5 bocah SD cabuli temannya, terbaru ada yang lebih mencengangkan mata. Bocah enam tahun yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) berbuat tak senonoh pada temannya.

Cerita yang membuat kepala bergeleng ini terjadi di Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten. Saat melakukan perbuatan cabulnya itu, bocah TK, berinisial M mengajak seorang pelajar SD berinisial RN (12).

Geram anaknya menjadi korban pencabulan, M dan RN kemudian dilaporkan ke polisi dengan tuduhan dugaan pencabulan.

M dan RN mencabuli putrinya sampai dua kali. Tapi peristiwa ini baru terkuak saat pelaku mencabuli korban di sekitar sekolah TK di kawasan Ciruas Permai pada 25 April lalu.

"Kami ke sini untuk mengetahui perkembangan laporan kami dan mempertanyakan izin visum yang sampai sekarang belum dikeluarkan oleh penyidik, padahal ini sudah seminggu. Tapi tadi sudah dijelaskan penyidik bahwa belum ada disposisi dari Pak Kasat (Reskrim)," ujar anggota Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia (Posbakumadin), Alfan Sari, ditemui di Mapolres Serang, Selasa (30/4).

Menurut Alfan, dari penuturan orangtua korban, anaknya mengaku dicabuli oleh dua orang bocah tetangganya itu. Pertama kali, pencabulan itu terjadi di rumah teman-teman sekolah mereka.

"Pencabulan kedua terjadi di rumah teman sekelasnya kemudian ketahuan. Korban saat itu sempat melawan, namun bagian dadanya dipukul pelaku. Setelah peristiwa itu korban yang masih anak-anak mengalami kesakitan," katanya.

"Kedua pelaku sudah dipanggil oleh guru TK korban, kemudian mereka mengakui perbuatannya," tegas Alfan.

Saat ini. Polres Serang, tengah menyelidiki kasus itu. Kasus ini jelas menambah deretan potret buram penerus bangsa. Kalau sudah begini, siapa yang sebenarnya paling bersalah?

Menurut psikolog Universitas Marantha Bandung, Efnie Indrianie, kondisi demikian terjadi karena orang tua masih memiliki paradigma tabu untuk berbicara tentang pendidikan seks pada anak yang belum dewasa.
Padahal, saat anak berusia 6 tahun sesungguhnya mereka telah mengenal anatomi tubuhnya.
"Masih banyak paradigma orang tua bahwa berbicara seks pada anak itu pantang besar," kata Efnie saat berbincang dengan merdeka.com.

Efnie mengatakan, orang tua tak perlu takut penjelasan seks dini pada anak akan berdampak pada negatif. Selama penjelasan sebaik mungkin dan menggunakan logika yang sesuai dengan pemikiran mereka, justru bisa mencegah anak dari perbuatan asusila.

"Karena sekarang ini informasi bisa didapat dari mana saja, oleh karena itu orang tua harus menjelaskan dengan tepat. Dengan begitu keingintahuan anak bisa sedikit lebih diredam karena sudah diberi pemahaman," tambahnya.

Efnie juga meminta para orang tua menyediakan waktu berkualitas dengan anak-anak mereka. Terlebih saat anak usia perkembangan, rasa keingintahuan anak sudah sangat besar.

"Rasa penasaran itu buat mereka mencari segala informasi termasuk soal yang berbau seks. Maka itu berilah seks edukasi yang tepat dengan cara berpikir mereka. Seks edukasi bukan ajarin anak berperilaku seks, tapi lebih pada mengenalkan mereka pada anatominya. Kemudian di usia 9 tahun orang tua juga harus memperkenalkan anatomi lawan jenisnya," tambahnya.

Selain orang tua, lanjut Efnie, tentu peran serta semua pihak sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter dan prilaku anak.

Terpisah, Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Musni Umar, juga pernah mengatakan perilaku asusila belakangan marak dilakukan oleh bocah-bocah memang sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini sudah sangat darurat sehingga membutuhkan penanganan yang ekstra.

"Ini sudah sangat darurat di semua lini dalam masa transisi yang sangat memprihatinkan," ujar Musni.

Pada kondisi-kondisi seperti ini, lanjut Musni, anak tersebut tidak dapat disalahkan karena mereka masih belum mampu membedakan mana yang pantas dan tidak. Menurutnya yang paling bertanggung jawab adalah orang tua yang memiliki peran mengawasi dan mengontrol kegiatan anaknya.

Melihat dari maraknya kasus-kasus asusila yang dilakukan bocah, apakah orang tua saat ini mulai abai dengan keseharian anak mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar