Rabu, 24 April 2013

Ulasan Ilmiah Soal Cinta

 
 
Ternyata, rasa cinta pun ada teorinya
Bukannya mengada-ada, namun 99% love penetration theory ini terbukti dialami oleh setiap orang.
Irwin Altman dan Dalmas Taylor adalah dua ilmuwan yang telah berjasa menemukan Social Penetration Theory, yaitu sebuah teori mengenai jenjang hubungan dua individu. Bagaimana aplikasinya dalam percintaan?

Kesibukan bekerja di media massa tentu sangat menyita waktu dan tentu saja ‘social life’ seseorang, termasuk saya. Akhirnya saya berkesempatan untuk bersua dengan kolega yang lama sudah lama tidak jumpa. Teman saya ini seorang dosen muda yang (secara mengejutkan) sedang melamar program Doktoral di Universitas Ohio, Amerika Serikat. Rupanya memang setiap orang mengincar achievement-nya masing-masing dalam hidup, termasuk teman saya ini, cita-citanya dari dulu ingin mengoleksi titel akademik sepanjang kereta api.

Perbincangan mengenai masa  kuliah dulu hingga pekerjaan masing-masing berujung pada satu topik yang menarik. Entah saking cerdasnya atau memang penalaran logika yang di atas rata-rata, teman saya itu sedang merancang sebuah penelitian mengenai hubungan percintaan yang diaplikasikan dari Teori Penetrasi Sosial. Mendengar teori itu, pikiran saya tiba-tiba terseret wajah dosen saya yang ‘super killer' dan siap menjejali setiap mahasiswanya dengan buku Introduction to Communication karya Richard West dan Lynn Turner.

Teori sosial penetrasi dari Irwin Altman dan Dalmas Taylor dijelaskan dalam buku Introduction to Communication ini.

Memang betul, Social Penetration Theory itu memang ada betulan. Intinya, teori itu diformulasikan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor tahun 1973 untuk menjabarkan tahap demi tahap kedekatan dua orang. Ternyata, ide teman saya ini sederhana. Namanya juga dosen muda, banyak mahasiswa atau mahasiswi yang sering berbagi pengalaman dengannya, tak terkecuali urusan love life. Dengan sedikit berkelakar, ia paham betul ciri-ciri mahasiswa yang sepertinya sedang 'galau'. Secara persuasif, di tengah kerja kelompok ia mengadakan konsultasi informal tentang kegalauan masing-masing mahasiswanya. Caranya pun berhasil, baik mahasiswa atau mahasiswi, ceritanya tak banyak berbeda.

Lantas apa hubungannya teori sosial penetrasi ini dengan urusan percintaan? Setelah panjang lebar ia menjelaskan lengkap dengan mind maping di secarik kertas, tiba-tiba saya merasa seperti Isaac Newton saat menemukan teori gravitasi. Ini cerdas!

Altman dan Taylor menganalogikan tahap-tahap kedekatan seseorang seperti lapisan bawang.

Apa intinya? Seorang pria terkadang tidak peduli soal masalah PDKT (sebut saja, proses mendekati seseorang yang disukai). Alih-alih peduli, saya pun menilai proses PDKT itu hanya aturan simpel: berkenalan, mendekati, suka atau tidak, lanjutkan atau tinggalkan. Ternyata salah. Di sinilah aplikasi teori penetrasi sosial itu terlihat. Irwin Altman dan Dalmas Taylor membagi tahap kedekatan dua individu menjadi lima, yaitu:

Orientation stage

Sebut saja ini "bla-bla-bla at first sight" (biasanya terkenal dengan love at first sight). Altman dan Taylor melihat tahap ini sebagai tahap perkenalan. Anda bertemu seseorang, berkenalan, "Halo, Danny!" dan "Hey, Anya". Itulah orientation stage. Contoh lain dalam satu kesempatan, mata Anda tertuju pada sosok cantik yang sedang berbincang dengan teman dan Anda pun kelimpungan ingin mencari tahu siapa dia. Semua orang, baik pria maupun wanita pasti pernah melewati fase ini. Bagaimana langkah selanjutnya? Terserah Anda.

Exploratory affective stage

Dalam buku Introduction to Communication, penjelasan mengenai tahap ini adalah people now start to reveal themselves, expressing personal attitudes about moderate topics. Nah dalam urusan PDKT, kira-kira inilah penjelasan mudahnya. Pernah dengar tahap kepo-kepo (kepo: knowing every particular object)? Jangan salah, wajar saja pria menjajal diri jadi detektif di tahap ini. Suka dengan seseorang, maka mencari tahu segala sesuatu tentangnya tanpa diketahui si objek. Ya, kalau mau dibilang stalking boleh saja. Informasi apa yang kira-kira yang dibutuhkan pria saat ingin mengetahui background sang prospek pacar? Biasanya hal-hal mendasar, apakah ia sudah punya pasangan, siapa lingkungan dekatnya, kuliah atau sudah bekerja, dan lainnya. Apa fungsi kepo ini? Apalagi jika bukan meramu topik pembicaraan yang kira-kira menarik bagi dirinya. Tapi hati-hati, jangan sampai Anda terlihat ‘freak’ saat menjalani proses ini.

Affective stage

Waktu berjalan, Anda semakin mengenal dirinya, and vice versa. Oke, now we start to talk about private and personal matters. Intensitas komunikasi antara dua individu yang sedang menjajaki diri masing-masing ini pasti mulai meningkat. Jika tidak, lupakan, karena pasti cinta bertepuk sebelah tangan. Inilah fase the real PDKT yang sebenarnya dimulai. Saya pun menyadari, pada proses ini komunikasi terjalin lebih mendalam. Komunikasi bukan lagi sekadar "Lagi apa, di mana, how's today, how's everything?".

Anda sudah berani mengkritik atau berdebat mengenai hal-hal kecil yang justru menjadi hal romantis saat itu. Tapi yang paling mencolok dalam proses ini tentu saja limpahan perhatian dan Anda ingin menjadi yang terbaik bagi dirinya. Bahkan, saling tarik ulur dalam komunikasi seolah dibenarkan sebagai bumbu untuk saling meyakinkan, apakah dua individu ini betul-betul sedang fall in love atau tidak.
Love is not to be purchased, and affection has no price.
-St Jerome-
 
Stable stage
 
Finally, selamat Anda akhirnya 'jadian'! Komitmen telah terucap, berarti terjadi rasa saling menerima satu sama lain dengan utuh. Kekurangan dan kelebihan, kebaikan dan keburukan, sikap egois, keras kepala, dan segala sikap lain yang mengikutinya akan bertukar komposisi dalam fase ini. Anda sudah betul-betul mengenal pasangan Anda lebih dalam lagi. Kebiasaannya, rutinitas hariannya, sampai keluhannya akan dipercayakan pada diri Anda. Ingat, jangan sampai terjebak rasa penasaran saja, begitu Anda mendapatkan orang yang Anda sukai semuanya berubah. Percayalah, itu akan menyakitkan salah satu pihak. Seperti Altman dan Taylor memberi nama tahap ini 'stable stage', maka buatlah situasi Anda dan si dia stabil dengan rasa saling menerima dan percaya.

Depenetration stage
 
Manusiawi rasanya jika semua orang sangat menghindari fase ini. Fase putus cinta, perpisahan, atau apalah namanya. Anda mungkin terbentur dalam satu situasi di mana Anda dan pasangan sudah jenuh dengan hubungan yang dijalani. Perselisihan yang tidak berujung, salah paham, cemburu berlebihan yang tidak beralasan, sampai hilangnya rasa nyaman antara Anda berdua. Mengapa hal itu terjadi? Sebetulnya sederhana, memang tidak ada kecocokan antara Anda dengan pasangan. Terlebih, jika Anda masih memaksakan, yang ada hanya akan semakin menyakitkan.

Secara penalaran, hubungan yang dipaksakan akan berujung pada hambarnya perasaan dan tidak akan happy ending juga, setuju? Namun, Altman dan Taylor dalam teorinya membubuhkan kata 'optional' pada fase depenetration ini. Jika dipahami secara awam, bisa dikatakan bahwa lamanya hubungan percintaan antara dua orang tidak selalu berdasarkan empat proses sebelumnya. Jika Anda memang bisa menjalani hubungan yang serius dengan si dia, then go on! Siapa tahu jenjang pernikahan yang akan mematahkan lima fase love penetration theory ini.

Inilah tahap yang paling menyenangkan, stable stage. Bagaimana selanjutnya? Hanya Anda berdua yang dapat menguji ketahanannya.

Sebetulnya masih banyak aplikasi dari Social Penetration Theory yang bisa dilihat dari strategi percintaan. Saya sampai termenung usai mendengarkan penjelasan teman saya tadi. Menurut dia, 99% penjabaran teori ini terjadi pada setiap orang. Alias terbukti secara ilmiah. Lantas saya bertanya pada teman saya itu, apakah ia akan mengajukan penjabaran Love Penetration Theory ini ke dalam jurnal pelamaran program Doktoralnya? Dia hanya terkekeh dan menjawab, "Ngga mungkinlah, teori itu diciptain buat analisis suatu fenomena. Di luar sana, jurnal soal beginian doang sih kacangan. Gue sih pengen angkat fenomena sikap pragmatis eksekutif muda sama hubungan gadget dan workloads mereka gitu.."
Saya hanya ternganga dan dengan sigap dia mengangkat tangan sembari meminta bill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar