Kamis, 18 April 2013

Berapa Harga Kepalamu…??


Kapan sih sebenarnya kita akan mulai belajar tentang keselamatan diri kita saat berkendara?? Mungkin bila kita waktu kecil, sebelum berangkat ke sekolah jalan kaki maupun naik sepeda, orang tua pasti berpesan “Nak, ati-ati di jalan yah, liat kanan kiri kalau mau nyebrang ya…” dan kita cuma jawab “iya buk”. Sedari kecil kita sebenarnya udah dilatih sama orang tua kita, guru-guru kita, maupun teman kita sendiri. Malu ah kalau temen sebaya bisa nyebrang jalan sambil tengok kanan kiri sedang kita tidak bisa. Hemmm…Okeh lupakan waktu kecil dahulu..masa kecilku emang sederhana, tapi Alhamdulillah punya orang tua yang mau memberi nasehat sampe sekarang, meski sudah sepuh tapi kita tak akan pernah lupa sewaktu kita berangkat pergi kerja dari rumah setelah mencium tangan beliau mereka mengucapkan “Ati-ati di jalan yah, jangan lupa berdoa”, kalimat yang menyentuh meski diucapkan tiap hari tanpa pamrih dari orangtua kita. Yup..mari kita simak ulasan dibawah.

Ngomong-ngomong kita kali ini dimulai dari perlengkapan standar selama berkendara motor kudu yang menjadi perhatian seperti helm SNI, rompi, sarung tangan, jaket dan sepatu. Perlengkapan standar meminimalisir kecelakaan, yang kamu kudu ketahui bahwa dari seluruh kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di jalan raya, faktor kelalaian manusia (human error) memiliki kontribusi paling tinggi. Yaitu mencapai antara 80-90 persen dibandingkan faktor ketidaklaikan sarana kendaraan yang berkisar antara 5-10 persen, maupun akibat kerusakan infrastruktur jalan (10-20 persen). Saya bertempat tinggal di Surabaya, tiap hari pergi praktek pake motor. Sering sekali pas melintas di depan Wonokromo ada petunjuk statistik menunjukkan angka kematian akibat dari kecelakaan lalu-lintas. Statistik yang membuat ngeri bahkan angka kematian terbanyak dari pengendara motor. Angka ini naik tiap tahun, tidak ada kecenderungan menurun. Sekarang ini jumlah motor di Surabaya makin meningkat, bahkan kalau lewat Jl. Ahmad Yani nih pagi maupun sore maceeetnya bukan main. Jadi menurutku menjadi seimbang bila terjadi kenaikan jumlah motor dengan resiko kecelakaan lalu-lintas. 


Tapi apa kah ini tidak bisa ditanggulangi? Menurutku sih bisa asal ada kemauan. Di Surabaya kampanye safety riding udah membumi sejak beberapa tahun yang lalu, pihak Kepolisian bekerjasama dengan media massa seperti Jawa Pos biasanya memberikan semacam award bagi pengguna jalan yang melewati area safety riding di daerah Ahmad Yani. Tapi gak hanya di jalan ini kita kudu ber-safety riding, tapi dimanapun kita berkendara. Awardnya apabila foto kita dimuat Jawa Pos tentunya sedang menggunakan atribut standart seperti jaket, helm SNI dengan motto “klik”, pake sepatu, menyalakan lampu kota, jaket, mengendarai motor di jalur sebelah kiri dan tentu kelengkapan motor seperti spion, menyalakan lampu kota, kelengkapan surat-surat. Wah kita bisa ambil hadiah di Jawa Pos, suatu ide yang menarik menurutku untuk memacu pengendara mematuhi peraturan yang ada.

Okeh kita akan menuju hal yang lebih ilmiah, tentunya tentang bidang saya yang saya tekuni. Cerita ini berawal waktu saya dan istri mengikuti kursus ATLS (Advance Traumatic Life Support) tahun lalu di RSU dr. Soetomo, ATLS adalah salah satu syarat dokter bekerja di UGD Rumah Sakit. Salah satu pengajar, beliau seorang dokter Anestesi terkenal di Surabaya memberikan sebuah joke pada peserta. “Hayo naik apa tadi kesini?” sambil menunjuk salah seorang peserta, kebetulan yang ditunjuk menggunakan motor..hehehe..”Naik motor dok” Jawab peserta tersebut, “trus berapa sih harga helm-mu??”tanya lagi sang pembicara. “Harganya 125 ribu dok” jawabnya lagi. “Waah berarti harga kepalanya cuma 125 ribu yah???”.. langsung disambut ketawa di ruang kursus..hahaha..ngerti kan maksudku, dengan harga segitu kita melindungi kepala kita??Apalagi yang lebih murah??..hemmm coba dipikir deh!! itu sih cuma sekelumit cerita aja, kalau gak lucu mohon dimaafkan..hehehe.

Kemudian beliau menerangkan bahwa cidera kepala (head injury) banyak terjadi pada kasus kecelakaan, saya menerangkan disini bahwa kasus kecelakaan lalu-lintas bisa mengenai semua organ. Tapi organ kepala adalah salah satu organ terpenting dalam kasus kecelakaan. Bila jatuh atau trauma mengenai kepala, bisa ditebak pasien dengan kasus seperti ini akan mengalami penurunan kesadaran yang bisa berakibat kematian. Waktunya pun tidak lama dalam hitungan menit apabila cidera kepalanya fatal dan perdarahannya massif. 

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. Berbicara memasuki abad ke-21 pola penyakit di Indonesia menunjukkan perubahan pada transisi epidemiologi, yaitu dari pola penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyebab kematian karena penyakit non infeksi (Non Communicable Disease). Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu-lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. 

Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan (Yusherman, 2008). Jadi angka kematian di Indonesia telah bergeser dari penyakit infeksi ke non infeksi beberapa tahun terakhir ini. Yang patut kita ketahui kesadaran masyarakat tentang kesehatan juga meningkat terutama penyakit-penyakit infeksi, tentunya dengan banyaknya informasi yang bisa diserap dari media elektronik maupun media massa.

Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan, sepanjang tahun itu terjadi sedikitnya 57.726 kasus kecelakaan lalu-lintas di jalan raya. Artinya, dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu kasus kecelakaan lalu-lintas. Jika dihitung dari pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia tahun itu, kerugian ekonominya mencapai lebih dari Rp 81 triliun. Jumlah tersebut meliputi perhitungan potensi kehilangan pendapatan para korban kecelakaan, perbaikan fasilitas infrastruktur yang rusak akibat kecelakaan, rusaknya sarana transportasi yang terlibat kecelakaan, serta unsur lainnya. (Departemen Perhubungan, 2010)

Tapi saya sebenarnya sedih bila menerima pasien dengan cidera kepala maupun trauma yang lain akibat kecelakaan lalu-lintas

Nah banyak banget kan kerugian yang diderita apabila kecelakaan, tidak hanya faktor ekonomi saja tapi bisa menjadi kecacatan yang menetap. Dari data-data diatas dapat kita simpulkan bahwa kecelakaan lalu-lintas sebenarnya dapat dicegah antara lain:

Faktor manusia: Memakai pelengkapan standar dalam berkendara, perilaku positif dalam pemakaian jalan, kudu ada larangan mengemudikan kendaraan saat dalam pengaruh obat tertentu dan alkohol, pake seatbelt dan kursi khusus bagi pengguna mobil yang membawa bayi maupun anak-anak. Mempunyai SIM, surat-surat kendaraan kudu disiapkan sebelum berangkat. Banyak juga kecelakaan akibat memakai handphone waktu jalan dengan motor, sebaiknya jangan dilakukan karena anda tidak akan konsentrasi dalam mengemudi. Kan sekarang tidak pake seatbelt maupun memakai handphone saat mengemudi mobil dapat ditilang. Bawa juga uang secukupnya kan kita gak tau motor bisa aja bannya bocor ketika berkendara. Mematuhi rambu lalu lintas yang ada, marka jalan, konsentrasi dalam berkendara. Jangan mengemudi bila ngantuk!

Faktor kendaraan dan lingkungan: Cek selalu bila akan berkendara mengenai mesin kendaraan sebelum berangkat, rutin diservis dan minimal ganti oli. Motor maksimal 2 orang, hati-hati bila membawa anak kecil atau balita. Jalan yang lubang, kurang penerangan agaknya harus semua sektor memahami akan hal ini. Karena pengurangan resiko kecelakaan ini melibatkan semua sektor jadi harus ada koordinasi yang baik atas segala permasalahan akibat kecelakaan lalu lintas.

Oh iya jangan lupa sebelum pergi pake motor atau mobil usahakan makan secukupnya dan tentunya kencing terlebih dahulu. Karena bila terlalu lapar atau malah kekenyangan konsentrasi kita buyar pas berkendara, kencing dulu bertujuan yang sama. Tapi ini ada penjelasan medisnya, bila kandung kemih penuh selama berkendara kemudian terjadi trauma tumpul atau tajam yang mengenai kandung kemih. kandung kemih bisa robek dan robeknya kandung kemih bisa berakibat fatal karena kandung kemih terdapat air seni yang terdapat banyak kuman yang bila melewati robekan / barrier tadi masuk ke dalam rongga perut lama kelamaan bisa terjadi sepsis (infeksi menyeluruh) yang mempercepat kematian pada pasien trauma yang multipel.

Jadi safety riding sangat penting..
Semoga sampai di tujuan dengan selamat. Karena keluarga anda menunggu di rumah!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar