Rabu, 23 Oktober 2013

Musik, Sumber Depresi Remaja

musik 300x184 Musik, Sumber Depresi Remaja

Mendengarkan musik, utamanya karena aktivitas ini begitu mudahnya dilakukan lewat fasilitas telepon genggam, merupakan ciri khas masa remaja. Tetapi sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan waktu terlalu banyak mendengarkan musik menghadapi risiko depresi yang lebih tinggi.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr Brian Primack, asisten profesor kedokteran dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, menemukan bahwa remaja yang mendengarkan musik lebih sering, berisiko tinggi memiliki penyakit depresi (PDK), dibandingkan dengan remaja yang mendengarkan musik lebih jarang. Remaja yang mendengarkan musik dengan rutin setiap hari memiliki resiko 80% lebih tinggi akan depresi, demikian penelitian tersebut.

Penelitian ini memperkirakan remaja setidaknya empat atau lima jam sehari mendengarkan musik.

“Pada titik ini, tidak jelas apakah orang depresi mulai mendengarkan musik lebih banyak untuk melarikan diri, atau apakah mendengarkan musik dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi, atau keduanya,” kata Primack dalam sebuah pernyataan.

Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa buku-buku memiliki efek yang berlawanan: membaca, risiko remaja depresi turun 50%. Di Amerika sendiri keseluruhan aktivitas membaca buku menurun. “Sedangkan bentuk lain penggunaan media meningkat,” kata Primack.

Untuk penelitian ini, para peneliti mensurvai 106 peserta yang berusia tujuh sampai 17 selama dua bulan; 46 peserta sebelumnya telah didiagnosis karena depresi.

Membaca Quran

Pararel dengan penelitian ini, yaitu bahwa membaca bisa menjadi solusi untuk depresi, ada sebuah cerita yang terkenal akan keutamaan membaca ini. Utamanya membaca Al-Quran.

Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah area perkebunan area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya.

Setiap pagi sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.

Suatu hari ia bertanya pada kakeknya: ”Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya. Dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya?”

Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu, “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”

Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali.“ Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.

Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya. Kakeknya mengatakan : “Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras.”

Si kakek pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil dan mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi.

Dengan terengah-engah, ia berkata : “Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.

Sang kakek menjawab : “Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”

Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam.

”Cucuku, apa yang terhadi ketika kamu membaca Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupan kamu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar