Senin, 04 Maret 2013

Islam Terpecah Menjadi 73 Golongan Ummat



tentang agama islam

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: “Ini jalan Allah yang lurus.” Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: “Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.”
 
Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa Jalla: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa” (Al-An’aam: 153) (HR.  Ahmad, Ad-Darimy dan Hakim)

Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda:
“Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashrani telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya ummatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: ‘Al Jama’ah’." (HR. Ibnu Majah)

Dan sebagai hadits penegas tentang golongan mana yang masuk surga, maka dijelaskan dalam hadits berikut ini :

Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “……………………………………..Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu, (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya.”(HR.Tirmidzi)

Dari hadits-hadits diatas telah jelas bahwa golongan yang selamat (Al-Firqatun Najiyah) adalah orang-orang yang dengan hati-hati dan tekun mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, sementara yang selain itu adalah termasuk golongan yang tidak selamat.
 
Ada beberapa contoh-contoh mengenai golongan yang tidak selamat ini, diantaranya :
  • Para ahlul bid’ah, yaitu mereka yang membuat syari’at-syari’at baru dalam agama, dan menganggap baik sebuah urusan/ibadah, padahal asalnya bukan dari Islam.
  • Para pelaku kultus, yaitu mereka yang terlalu mengkultuskan beberapa individu-individu ulama dan terlalu mencintainya melebihi cintanya kepada Allah dan rasulNya
  • Para ahli filsafat, yaitu mereka yang terlalu mengedepankan logikanya, sehingga mereka menganggap Allah dan makhlukNya merupakan satu kesatuan.
  • Para pelaku dan pengikut nabi palsu (Ahmadiah, Lia aminuddin, musailamah, dll)
  • Para pencaci sahabat radhiAllahu ‘anhum
  • Dan lain-lain, yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Menurut saya, yang kusut itu bukan ajaran Islam tapi otak manusia yang mengaku umat Islam. Mereka terperosok ke dalam arus lingkaran syetan itu. Coba perhatikan gambar yang saya buat ini! Mudah-mudahan ini bisa membantu anda keluar dari jerat benang kusut itu.

Gambar I





Bagaimana penjelasan gambar ini?

Allah menurunkan ajaran melalui Rasul (lingkaran pertama). Warna putih menggambarkan kemurnian ajaran Allah yang diterima Rasul, dan lingkarannya adalah gambaran tentang Periode Rasul itu sendiri, yang di dalamnya Rasul hidup bersama para pengikut awalnya, yang menjalankan ajaran Allah yang masih murni. Setelah Rasul tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 1 memasuki LD (lingkaran kedua). Warna abu-abu tipis menggambarkan kemurnian ajaran Allah yang sudah terkontaminasi berbagai ajaran lain.

Artinya, yang disebut ajaran Allah dalam lingkaran kedua itu sebenarnya adalah synthesis dari perbenturan antara thesis dengan antithesis?

Ya, itulah yang ingin saya katakan melalui gambar ini. Gampangnya, ajaran Allah sudah mulai kemasukan unsur lain, walau baru sedikit. Kemudian, setelah Pelanjut 1 tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 2 memasuki LT (lingkatan ketiga), yang berwarna abu-abu tebal, menggambarkan bahwa ajaran Allah sudah bercampur-aduk dengan berbagai ajaran lain yang jumlahnya semakin banyak. Setelah Pelanjut 2 tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 3 memasuki LE (lingkaran keempat), yang berwarna hitam, menggambarkan bahwa ajaran Allah sudah bercampur aduk sedemikian rupa dengan berbagai ajaran lain, sehingga sudah sangat sulit untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah, karena parameter benar-salah itu sendiri pun sudah hilang.

Oh! Apakah lingkaran hitam itu anda maksudkan sebagai keadaan kita sekarang?

Mungkin… iya! Bukankah keadaan kita sekarang memang seperti itu? Yang benar dan yang salah sudah sulit dibedakan, karena paramater (ukuran) benar dan salah pun sudah hilang!

Silakan saja anda menafsirkan begitu. Saya hanya berusaha menggambarkan sebuah situasi dan kondisi ketika ajaran Allah sudah ‘berkembang’ sedemikian rupa dalam perjalanannya yang sentrifugal.

Sejak diterima oleh rasul, ajaran Allah SWT ‘bergerak’ sentrigufal (centrifugal), yaitu semakin menjauh dari pusat. Bila dilihat dari perluasan wilayah, hal itu tentu bagus, karena berarti ajaran Allah itu tersebar luas kan? Tapi, dari sisi keutuhan ajaran itu sendiri, gerak sentrifugal itu memprihatinkan. Mengapa? Ini berkaitan dengan tadi! Dari sisi keutuhannya, gerak sentrifugal dari ajaran Allah itu adalah gambaran negatif; karena semakin menjauh dari pusat berarti semakin jauh dari keasliannya, semakin banyak pencemaran yang masuk ke dalamnya.

Apakah itu berhubungan dengan human error para pelanjut? Syetan bermain pada sisi kelemahan atau kelalaian manusia. Kalau begitu, semakin jauh beredar, melintasi ruang demi ruang dan waktu demi waktu, tentunya ajaran Allah itu bisa semakin pudar, dan akhirnya hilang?

Itulah sebabnya Allah mengutus rasul-rasul dari masa ke masa. Artinya, rasul kedua diutus karena ajaran yang dibawa rasul pertama sudah hilang? Tepatnya sudah tercemar sedemikian rupa, sehingga sulit membedakan antara putih dan hitam. Tanda yang paling nyata dari lenyapnya kemurnian ajaran Allah itu adalah lenyapnya kitab Allah itu sendiri. Lenyapnya kitab Taurat dan Injil yang asli, misalnya, adalah salah satu contoh kasus.

Jadi ketika Allah mengutus rasul kedua, rasul yang kedua ini tidak membawa ajaran baru? Dia hanya membawa ajaran Allah yang sudah hilang dari kesadaran manusia, dan sudah tidak ada pula dalam catatan mereka.

Tapi bukankah setiap rasul membawa kitab-kitab yang berbe-da-beda? Daud membawa kitab Zabur, Musa membawa Taurat, dan Isa membawa Injil… Beda nama tidak berarti harus beda isi dan beda fungsi. Sekarang orang membuat televisi, komputer, dan lain-lain dengan berbagai merek, tapi fungsinya sama. Dalam hal ini, beda nama hanya menunjukkan beda pabrik.

Melalui Al-Qurãn kita tahu bahwa mereka berasal dari Tuhan yang satu. Ibarat barang elektronik, mereka dike-luarkan dari pabrik yang sama.

Kalau soal nama, Al-Qurãn sendiri kan disebut dengan puluhan nama, di antaranya yang terkenal adalah Al-Furqãn, Al-Bayãn, Al-Hudã, dan lain-lain; bahkan juga Az-Zabûr!

 Az-Zabûr juga merupakan nama dari Al-Qurãn? Mengapa pula Al-Qurãn harus mempunyai banyak nama?

Setiap nama mewakili asfek atau fungsi tertentu dari Al-Qurãn. Misalnya, dia disebut Al-Kitãb karena berisi ketetapan (peraturan) Allah. Dia dikatakan Al-Furqãn karena berfungsi memilah antara benar dan salah. Dia dinamai Al-Bayãn karena fungsinya sebagai penjelasan. Dan dia dijuluki Al-Hudã karena perannya sebagai petunjuk atau pedoman.

Kenapa namanya yang populer adalah Al-Qurãn? Karena sejak awal, sejak pertama kali Jibril mewahyukannya kepada Nabi Muhammad, kata pertama dari wahyu pertama itu adalah iqra! Itu kata perintah. Bentuk kata kerjanya adalah qara-a, dan bentuk kata bendanya adalah qur-ãnan. Ketika qur-ãnan ini diubah menjadi kata benda definitif , atau ma’rifah dalam bahasa Arabnya, maka ia menajdi al-qurãnu. Selanjutnya “Al-Qurãn” menjadi “nama resmi” dari wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.

Dan Al-Qurãn ini menjadi kitab Allah yang terakhir? Mengapa? Bagaimana kalau Al-Qurãn juga lenyap seperti kitab-kitab yang lain? Tidak mungkin. Allah menjamin bahwa Al-Qurãn tidak akan lenyap.

Saya ingin umat Islam bersatu. Tapi bagaimana caranya? Caranya, buang jauh-jauh cara berpikir global. Berpikirlah parsial dan individualis! Kalau bahasa Rasulullah sih ibda’ bi-nafsika! Mulailah dari dirimu sendiri. Jangan berpikir tentang Khilafah Islamiyah tingkat nasional, apalagi tingkat dunia. Terlalu jauh! Urus saja diri sendiri dulu. Sudah cinta Al-Qurãn apa belum?

Yang bisa dilakukan oleh seseorang yang cinta Al-Qurãn?

Pertama, dia akan membenahi dirinya. Kepalanya yang penuh dengan konsep-konsep sampah akan dibersihkan dan diisi Al-Qurãn. Kedua, setelah dirinya terbenahi, barulah dia bisa melakukan usaha-usaha untuk melakukan pembenahan di luar dirinya. Dia akan menjadi pejuang dalam rangka memurnikan ajaran Allah. Perhatikanlah gambar ini!

Gambar II




Keterangan gambar ini adalah sebagai berikut:

Pada setiap masa Allah mengutus seorang Rasul. Ketika ajaran yang dibawa oleh Rasul 1 memasuki lingkaran kedua, sehingga ajaran itu menjadi rusak, Allah mengutus Rasul 2 sebagai Pemurni 1, yang berperan mengembalikan manusia pada ajaran Allah yang asli. Selanjutnya, ajaran Allah yang sudah dimurnikan Rasul 2 memasuki Lingkaran ketiga, dan menjadi rusak lagi, sehingga Allah mengutus Rasul 3 (= Pemurni 2). Kemudian ajaran yang sudah dimurnikan itu memasuki Lingkatan keempat, menjadi rusak lagi, sehingga Allah mengutus Rasul 4 (Pemurni 3). Begitulah seterusnya. Sampai akhirnya Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai Rasul Terakhir. Setelah Nabi Muhammad, Allah tidak mengutus rasul-rasul baru lagi, karena teks ajaran yang dibawanya (Al-Qurãn) tidak hilang. Tapi seiring masuknya Al-Qurãn dari lingkaran pertama ke lingkaran-lingkaran berikutnya, nilai-nilai Al-Qurãn semakin luntur karena kesalahan memahami. Untuk memurnikan kembali pemahaman, pada setiap seratus tahun sekali, kata Nabi Muhammad, muncul seorang Mujaddid (pembaru; pemurni).


Sumber: ahmadhaes.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar