Selasa, 13 Mei 2014

Amerika dan Eropa VS Russia ( Perang Dunia III )


Pemerintah Rusia langsung menyiagakan kekuatan militer penuh menyusul langkah Amerika Serikat (AS) dan NATO yang terus memperbanyak pasukan di Eropa Timur.

Sumber-sumber militer di Kementerian Pertahanan Rusia, dengan jelas menyebut, Rusia dalam posisi siap perang dengan Amerika Serikat, menyusul makin banyaknya kehadiran militer AS di Eropa Timur.

Militer Rusia dikabarkan mempersiapkan skenario perang skala besar dan di pihak AS juga melakukan hal serupa!


Pasukan Rusia dan AS siap-siap konfrontasi militer!

Illuminati Card Game - World War ThreeRussia Today dalam laporannya, Jumat (04/04/2014) menyebut, Pemerintah Rusia langsung menyiagakan kekuatan militer penuh menyusul langkah Amerika Serikat (AS) dan NATO yang terus memperbanyak pasukan di Eropa Timur, ketegangan makin memanas karena kapal perang lain AS dikirim menuju Laut Hitam dan makin memicu meningkatnya ketegangan.

Pentagon berdalih kapal perang baru itu untuk menggantikan kapal perusak pemandu rudal, USS Truxtun dalam partisipasi militer dengan Angkatan Laut Bulgaria dan Rumania.

 

Sementara itu, USS Donald Coogoogk and USS Ramage kini ditempatkan di Mediterania timur. Dua kapal perusak Amerika itu berpartisipasi dalam latihan militer dengan Angkatan Laut Yunani dan Israel.

Kapten Gregory Hicks dari Komando Eropa AS mengatakan bahwa pihaknya berencana memenuhi seruan pejabat AS dan NATO untuk mempertahankan kehadiran pasukan maritim di Mediterania timur dan Laut Hitam.

Pemerintah Rusia sendiri menyikapi hadirnya pasukan militer Barat dengan mengaktifkan semua kekuatan militer yang mereka punya.


Siap tempur, Putin perintahkan militer Rusia Siaga-I

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov meminta NATO menjelaskan rencana barunya meningkatkan kehadiran pasukan militer di Eropa Timur.

Dilansir AFP, Jumat (04/04/2014), Lavrov mengatakan negaranya sedang menunggu penjelasan NATO tentang rencana aliansi militer itu mengintensifkan kegiatan di negara-negara Eropa Timur.

“Kami telah bertanya pada NATO. Kami mengharapkan bukan sekedar jawaban tapi jawaban sepenuhnya yang menghormati aturan yang kita telah koordinasikan,” tegas Lavrov.

Sementara itu, di Kremlin, Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintah Menteri Pertahanan agar militer dalam kondisi siaga I atau siap tempur. Bahkan, pangkalan AL Rusia di Laut Hitam sudah menerima order Moskow tentang status siaga I yang diperintkan Presiden Putin.

Akhirnya, Rusia pilih check out dari kerjasama NATO

Pemerintah Rusia resmi keluar dan menarik Valery Yevnevich, kepala perwakilan militernya di NATO menyusul sikap AS dan Barat yang terus menebarkan permusuhan kepada pemerintah di Moskow.

“Kami tidak melihat kesempatan untuk melanjutkan kerjasama militer dengan NATO, mereka terus menebarkan kebencian,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov, Jumat (04/04/2014), dilansir Ria Novosti.

Penarikan Valery Yevnevich mengikuti menyusul keputusan NATO pekan ini yang menangguhkan kerjasama dengan Rusia setelah wilayah Crimea menyatakan kemerdekaannya dari Ukraina.

Langkah keluar Rusia itu mengagetkan Pemerintah Amerika Serikat. Dengan keluarnya NATO, maka Rusia sudah tidak lagi menilai NATO sebagai aliansi mitra, melainkan sebagai musuh.

Putin permalukan Obama, telepon 3 kali ditolak terus.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kena batunya. Karena tak percaya Rusia keluar dari kerjasama NATI, Obama menelepon Presiden Vladimir Putin. Namun, Putin ogah menerima telepon Obama, meski penguasa Gedung Putih itu berusaha menghubunginya sebanyak 3 kali.

Dilaporkan New York Daily, Jumat (04/04/2014), kejadian itu diungkapkan staf kepresiden di Grand Kremlin, yang menyebut telepon Obama hanya dijawab oleh staf Putin.

 

Dalam telepon yang ketiga, staf Putin menjelaskan kalau Presiden Rusia itu menolak berbicara dengan Obama. Namun tidak dijelaskan apa maksud Putin untuk kali pertama itu menolak berhubungan telepon dengan Obama.

“Presiden Putin sangat tidak berkenan menerima telepon Presiden Obama. Ini adalah kejadian pertama dan tentu saja Obama malu akan hal ini,” ujar Joseph Vledovich, salah satu staf kepresidinen di Kremlin. Pihak Gedung Putih sendiri menolak memberikan pernyataan tentang aksi penolakan Putin menerima telepon Obama.

Presiden Putin janjikan “Kiamat Ekonomi” untuk Amerika

Rusia dan Amerika Serikat (AS) kini sudah resmi berperang. Meski kontak senjata belum diletuskan, namun perang ekonomi sudah dimulai.

AS memulainya dengan penjatuhan sanksi ekonomi bagi perusahaan dan perbankan Rusia dan kini sanksi itu dibalas Rusia dengan menaikkan harga pasokan gas dan penolakkan penggunaan mata uang dollar AS dalam berbagai transaksi.


Presiden Rusia, Vladimir Putin dilansir Russia Today, Sabtu (05/04/2014) menyatakan, Rusia memiliki kemampuan memukul balik sanksi yang dijatuhkan AS.

“Mereka sepertinya lupa bahwa kami adalah sebuah kekuatan energi besar yang mampu menolak dollar AS untuk melunasi hutang kami dan untuk cadangan energinya. Jika kalian tetap dengan sikap bermusuhan kalian, Rusia akan membuat ekonomi kalian kiamat,” tegas Putin.

Kebijakan terbaru Rusia itu menyusul makin meningkatnya ketegangan eskalasi di krisis Ukraina pasca Crimea bergabung ke Rusia. Eric Draitser, seorang analis Wall Street, dilansir Financial, menyebut bahwa kini Rusia memasok lebih dari 1/3 gas untuk Eropa.


“Jika Amerika dan Eropa berupaya melakukan eskalasi situasi terus-menerus dan Rusia juga melakukan aksinya maka akan terjadi depresiasi euro dan dollar yang pada gilirannya akan memicu kerusuhan dalam pasar global,”
ujarnya.

Menurut Draitser, Rusia sangat mudah membuat Eropa kesulitan dalam mengakses kebutuhan gas.

“Saya pikir semua orang sangat ingin menghindari perang, saling tembak, terutama dengan senjata nuklir dimana Rusia jelas-jelas memilikinya. AS memilih menekan Rusia lewat perang ekonomi, tapi Rusia punya senjata utama, yakni kekuatan pasokan gas,” pungkas Draitser.

Rusia naikkan harga gas 80 persen, Uni Eropa menjerit!

Janji Rusia untuk membuat negara-negara Barat menyesal karena mengikuti langkah Amerika Serikat (AS), akhirnya dibuktikan. Terhitung sejak Sabtu (05/04/2014) hari ini, pemerintah Rusia menaikkan tarif kenaikan harga pasokan gas ke Eropa dan Ukraina sebesar 80 persen.

Aksi ini diduga sebagai jawabam atas sanksi yang diberikan AS dan Eropa kepada Rusia atas krisis di Ukraina.

Ancaman krisis ekonomi yang diutarakan Russia bisa berdampak besar, khususnya bari AS dan Eropa.

Dilansir pada Sabtu (05/04/2014), Kementerian Energi Rusia, dalam pernyataan resminya menyatakan, jika ada negara di Eropa yang tidak sanggup, maka Moskow akan menghentikan pasokan gas pada negara itu.

Kabar dinaikkanya harga gas oleh Rusia itu langsung memantik kericuhan di kalangan pemimpin Eropa. Namun sejauh ini, belum ada pemimpin Eropa yang mengomentari kebijakan Rusia itu.

Pemerintah AS langsung bereaksi keras dengan langkah terbaru Rusia ini. Wakil Presiden AS Joe Biden berjanji akan bekerja dengan Ukraina dan sekutu lainnya untuk mencegah negara-negara seperti Rusia menggunakan energi sebagai senjata.

“Kita akan bekerjasama dan tidak akan membiarkan Rusia menggunakan energi sebagai senjata. Kita akan bersama-sama memenuhi kebutuhan paling mendesak itu,” tegas Biden.

Rusia akan menyerbu Ukraina jika gabung NATO

Pemerintah Rusia mengeluarkan ancaman keras kepada Ukraina jika negara bekas Uni Soviet itu bergabung ke NATO.

Moskow mengancam akan melakukan serangan militer pendahuluan menyusul aksi provokatif NATO berusaha mengerahkan pasukannya di perbatasan Rusia dengan merekrut Georgia dan Ukraina untuk bergabung ke NATO.


Ribuan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina siap menggempur jika negara itu nekat masuk menjadi anggota NATO. (AP).

Russia Today, dalam laporannya, Senin (07/04/2014) melaporkan, ancaman perang dari Rusia itu menyusul terjadi pertemuan antara NATO dan para pejabat Georgia dan Ukraina di Brussels guna merancang pembicaraan tentang Rencana Aksi Keanggotaan (MAP) pada September 2014 mendatang.

Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan resminya menegaskan Moskow memperingatkan Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO.

“Rakyat Ukraina tidak mendukung penggabungan ke NATO. Jika hal itu dipaksakan, kami akan melakukan langkah-langkah pendahuluan untuk mencegah itu terjadi, termasuk pilihan untuk melakukan serangan militer,” bunyi pernyataan itu.


Membelot, 8 ribu pasukan Ukraina pindah ke Rusia
Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan adanya aksi bergabungnya 8 ribu pasukan Ukraina di Crimea ke Rusia. (Reuters).

Sekitar 8.000 tentara Ukraina yang bertugas di Crimea meninggalkan pangkalan militer dan bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, dilansir Reuters, Senin (07/04/2014) mengatakan angka tersebut dan mengatakan tentara Ukraina itu mengajukan permohonan izin untuk bergabung dengan tentara Rusia, dan sekitar 3.000 tentara Ukraina telah bergabung dengan pasukan Rusia.

Shoigu juga mengatakan, pasukan Ukraina lainnya telah meninggalkan semenanjung Laut Hitam. Selain itu, Shoigu membantah bahwa Rusia melanggar perjanjian yang ditandatangani dengan Kiev untuk meningkatkan kehadiran militernya di semenanjung itu.

Dokumen NATO: Target singkirkan Presiden Vladimir Putin!

 

Sebuah dokumen rahasia milik aliansi pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO), mengungkap adanya skenario untuk menyingkirkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dari kursi kepresidenan.

Putin, di mata AS dan NATO adalah rintangan besar dalam mewujudkan ambisi hegemoni AS untuk menguasai negara-negara di Eropa Timur dan sejumlah negara bekas Uni Soviet, khususnya penempatan perisai-perisai rudal yang selama ini ditentang keras oleh Putin.

Dalam laporan yang beredar, dilansir Dekapfile, (08/04/2014), AS dan NATO merencanakan sejumlah sabotase di sejumlah lokasi di Rusia, dengan maksud untuk menghasut rasa takut publik dan menyalah Putin atas kebijakannya mengambil alih Crimea dari Ukraina.

Dokumen itu juga menyebut, Putin harus segera dienyahkan, karena NATO melihat gelagat Putin akan kembali beraksi untuk menganeksasi kota-kota lain di Ukraina Timur. Gegalat itu tampak dari sejumlah aksi demonstrasi di tiga kota di wilayah timur Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.

Satu yang menjadi perhatian NATO adalah kecermatan Putin dalam melakukan analisa intelijen. Pengalaman Putin sebagai agen KGB di masa Uni Soviet memberi keuntungan bagi Putin untuk membaca aksi intelijen yang ditujukan padanya.

Selangkah lagi, Kota Donetsk di Ukraina jadi milik Rusia

Ribuan demonstran pro-Rusia di kota Donetsk, Ukraina timur mendeklarasikan kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk secara independen dan menyatakan bergabung dengan Federasi Rusia.

Dilansir Russia Today, Selasa (08/04/2014), legislatif daerah Donetsk memutuskan untuk mengadakan referendum untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada 11 Mei mendatang.

 

Para demonstran juga meminta Rusia untuk mengirim pasukan guna menjaga wilayah yang akan dimerdekakan itu. Sementara itu di dekat kota Kharkiv, bentrokan meletus antara demonstran pro-Moskow dan pro-Kiev.

Unjuk rasa pro-Rusia menjadi pemandangan umum di timur kota Ukraina selama beberapa minggu terakhir ini. Orang-orang bersenjata pro-Rusia telah menduduki markas keamanan negara di kota Luhansk, Ukraina timur, menuntut adanya referendum untuk bergabung ke Rusia, menyusul Crimea.

Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), para demonstran berbaris di Luhansk dan kota lain di bagian timur Ukraina, Donetsk, dimana demonstran melemparkan petasan ke arah polisi anti huru hara.

Para demonstran menuntut agar kota-kota itu mengadakan referendum mengenai apakah akan berpisah dengan Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia, referendum yang sama dengan yang diadakan di Krimea bulan lalu.


Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menuding Presiden Rusia Vladimir Putin menghasut dan membiayai terjadinya masalah di Ukraina timur.

“Ini akan jadi alasan Rusia untuk menyerang kami dengan alasan melindungi etnis Rusia, sama seperti yang terjadi di Crimea. Putin ada di belakang semua ini,” tegas Avakov.
Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia.


Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia. (31 Maret 2014).

Ketua Parlemen Oleksandr Turcinov dan Presiden interim Ukraina menggelar pertemuan darurat dengan para menteri dan petinggi militer untuk membahas masalah yang diyakini akan menjadi pintu masuk Rusia mengirim pasukan di dua kota di timur Ukraina itu.

Sebelumnya, pasukan Rusia dilaporkan telah menembak mati seorang perwira Angkatan Laut Ukraina di wilayah yang baru bergabung ke Rusia itu.

Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), sebelum terjadi penembakan, terjadi perselisihan hebat antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.

Berita penembakkan itu terjadi saat hubungan Rusia dan Ukraina didukung Eropa serta AS tengah memanas.

Pemerintah Kremlin belum memberikan komentar terkait insiden penembakan yang menewaskan perwira AL Ukraina itu. Kementerian Pertahanan Rusia juga belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden pertama pasca penggabungan Crimea ke Rusia.

Kepung Rusia, NATO tambah armada jet tempurnya menuju perang Armageddon

Menyikapi permusuhan dengan Rusia, NATO dalam keputusannya sepakat menambah jumlah jet tempur yang berpatroli atas wilayah Baltik tiga kali lipat. Dilansir Reuters, Kamis (10/04/2014), penambahan jumlah jet NATO di Eropa Timur itu merupakan angka tertinggi untuk melindungi sekutunya di Eropa tengah pasca krisis Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia.

Awal bulan April 2014, para menteri luar negeri NATO mengadakan pertemuan di Brussels untuk membahas langkah-langkah memperkuat kehadiran militer di negara-negara anggota NATO di Eropa Timur. Langkah-langkah itu termasuk pengiriman tentara dan peralatan NATO serta latihan militer di wilayah tersebut.


Penumpukan pasukan militer yang dilakukan Amerika Serikat dan NATO sebagai persiapan menghadapi Rusia terkait krisis Ukraina kemungkinan besar akan memicu sebuah perang habis-habisan (Armageddon).

“Tindakan AS dan NATO dengan menempatkan pasukan dalam jumlah banyak di kawasan Baltik telah menghancurkan kepercayaan pemerintah Rusia dan berpotensi menuju perang,” demikian isi laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax, Kamis (10/04/2014).

SVR dalam laporannya menilai, AS telah mengambil langkah provokatif militer melawan Rusia. Langkah NATO mengerahkan pasukan militer di perbatasan Rusia telah melanggar perjanjian NATO dan Rusia tahun 1997 serta Konvensi Montreux.

Di laporan itu juga ada saran kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mempersiapkan segala sesuatu, termasuk kemungkinan paling buruk, yakni perang habis-habisan dengan NATO.

AS sendiri mengalami banyak kegagalan dan menekan Rusia dan kini kehilangan pengaruh ekonomi Rusia sudah menghilangkan dollar dalam transaksi perdagangannya.

Rusia dan AS, Siapkan Peperangan Besar!

William Jones, analisis politik dan militer AS kepada CBS News, Minggu (20/04/2014) menyebut, tak diragukan lagi Washington dan Moskow sedang mempersiapkan perang besar dengan meningkatkan pasukan di perbatasan Ukraina serta bersikukuh atas penumpukan militer di negara-negara tetangga.

Rusia dan AS, Siapkan Peperangan Besar!

William Jones, analisis politik dan militer AS kepada CBS News, Minggu (20/04/2014) menyebut, tak diragukan lagi Washington dan Moskow sedang mempersiapkan perang besar dengan meningkatkan pasukan di perbatasan Ukraina serta bersikukuh atas penumpukan militer di negara-negara tetangga.


“Ini sandiwara besar sedang dimainkan. Di satu sisi mereka berunding, namun persiapan perang sedang dilakukan. Itu bisa dilihat dari peningkatan pasukan AS di perbatasan timur Eropa, penumpukan pesawat tempur di negara-negara Baltik hingga ke Rumania, dan bahkan di semua negara yang berbatasan dengan Rusia. Sementara, pada saat yang sama Rusia juga mempertahankan kemampuan pertahanannya, dan ini benar-benar dalam situasi sebelum perang”, kata William Jones.

Menurutm Jones, ini adalah kekhawatiran jelang perang yang paling mengerikan dalam sejarah manusia.

“Bisa kita bayangkan, dua negara itu adalah dua kekuatan nuklir dunia, saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” tambahnya.

Tanda Amerika bakal serang Rusia

Penumpukkan jet-jet tempur dan pasukan darat Amerika Serikat (AS) di sejumlah negara-negara Eropa Timur, menunjukkan dengan jelas AS mempersiapkan kekuatan militernya untuk menyerang Rusia.

Laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax, Minggu (20/04/2014) menyebut SVR melihat dengan jelas kalau AS sedang menempatkan kekuatan militernya ke medan perang untuk menyerang Rusia.

Itu makin dikuatkan dengan rencana Pentagon untuk mengirim 10 ribu pasukan ke Polandia. AS sendiri seperti penjelasan Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel, pihaknya akan pasukan darat AS ke Polandia sebagai bagian dari perluasan kehadiran NATO di Eropa Tengah dan Timur dalam menanggapi peristiwa di Ukraina.

Posisi Rusia kini makin terkepung. Jerman Timur, Polandia, Republik Ceko, Rumania, Bulgaria, sejumlah negara lain bekas Yugoslavia adalah anggota NATO. Dan saat ini pemerintah sementara di Ukraina juga berusaha memasukkan NATO ke sana.


“Jadi argumen kami bahwa upaya pengepungan NATO ditujukan pada kami cukup valid, bahkan sebelum krisisini. Sekarang Polandia sedang menerima 10.000 tentara NATO, dan faktanya ada tentara AS hadir di lapangan,” bunyi laporan itu.

Laporan itu juga mempertegas bahwa pasukan NATO yang diarahkan ke Rusia bukan bertujuan bertahan karena Rusia tidak mengancam Polandia atau negara lain. Banyaknya jet tempur yang dikirim ke Republik Baltik dan kekuatan laut ke Laut Hitam menunjukkan bahwa Amerika akan menyerang Rusia.


Rusia sudah arahkan dan mengunci lima rudal nuklir balistiknya ke AS

Kementerian Pertahanan Rusia secara implisit mengakui 5 moncong rudal nuklirnya diaktifkan dan diarahkan ke daratan Amerika Serikat (AS), menyusul meningkatnya pergelaran pasukan AS mengepung Rusia di negara-negara Eropa Timur.

Deputi Kementerian Pertahanan Rusia, Anatoly Antonov, seperti dilansir Moskovskij Komsomolets, Selasa (22/04/2014), tidak secara terang-terangan menanggapi informasi soal rudal-rudal nuklir Rusia yang disebut-sebut sudah dalam posisi “ready to launch” dari sejumlah SILO (lokasi titik peluncuran bawah tanah) di pangkalan Satuan Rudal Strategis Rusia.

“Rusia memiliki cara dan strategi sendiri dalam menghadapi ancaman yang dirasa mengancam keamanan nasional Rusia. Kami tidak bisa secara terbuka mengatakannya di forum ini,” kelit Antonov.

Untuk diketahui, diduga akibat aksi provokasi Amerika Serikat (AS) yang menumpuk kekuatan militer di negara-negara Baltik mengepung Rusia, direaksi keras Moskow dengan mengarahkan moncong 5 rudal nuklirnya ke daratan AS.

Pentagon menyebut ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir dari SILOo bawah tanah yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.

Ke-5 rudal nuklir yang diarahkan ke daratan AS itu didominasi oleh rudal balistik antarbenua generasi terbaru Rusia R-36 atau lengkapnya R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM (versi NATO).

Rudal yang juga diklasifikasikan oleh NATO dengan julukan “SS-18 Satan” ini ternyata lebih unggul dari rudal terbaru AS “Peacekeeper MX ICBM” yang memiliki 10 hulu ledak nuklir.

Keunggulan R-36M2 selain juga memiliki 10 hulu ledak nuklir, rudal ini memiliki kecepatan hampir 8 kilometer per detik jauh di atas kecepatan MX ICMB milik AS yang mencapai 2 kilometer per detik.

 
Rudal balistik antar benua ini juga memang “dirancang khusus” untuk menembus sistem perisai rudal milik AS.

Komandan Pasukan Rudal Strategis Rusia Jendral Sergei Karakayev, tidak berkomentar atas reaksi Pentagon terhadap 5 rudal nuklir Rusia yang sinyal pengaktifannya terpantau oleh AS itu.

Dmitri Medvedev: Rusia 100% siap perang nuklir

Sementara itu, Perdana Menteri Rusia, Dmitri Medvedev, yang selama ini berdiam diri akhirnya bicara lantang dan memberikan sinyal bahwa Negeri Beruang Merah itu sudah dalam posisi siap perang, jika AS dan NATO berusaha memanfaatkan krisis Ukranina untuk mengancam kedaulatan Rusia.

“Jika Presiden Obama mengatakan kemampuan militer mereka jauh lebih hebat, itu hak dia bicara. Yang pasti, hari ini Rusia 100 persen siap menggelar perang nuklir dan itu tidak diragukan lagi,” tegas Medvedev, seperti dilansir Moskovskij Komsomolets, Kamis (24/04/2014) di Moskow.

 

Menurut Medvedev, Rusia tidak ingin mengobarkan perang nuklir. Namun, lanjutnya, doktrin pertahanan nasional Rusia memberikan wewenang penggunaan senjata nuklir jika semua opsi menemui jalan buntu.

“Kami sadar, perang nuklir akan menjadi bencana besar bagi dunia. Saya pastikan jika itu terjadi kita akan kembali ke zaman batu, karena semua pabrik-pabrik senjata dan lainnya akan musnah. Kita akan kembali menggunakan pedang,” lanjut Medvedev.

Pernyataan terbaru Medvedev itu mengkonfirmasi langkah Pentagon AS yang menyebut ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir dari silo bawah tanah yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.

MIG 35 Rusia lintasi udara AS, Gedung Putih ketakutan

Pentagon mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk membekukan “Kesepakatan Langit Terbuka” dengan Rusia. Namun militer AS kini dicekam rasa takut luar biasa atas kebijakan yang disahkan bersama pada 2002 silam itu.


Pada kebijakan antar kedua negara itu menyebutkan bahwa kedua negara sama-sama boleh melintasi wilayah udara masing-masing dengan pesawat pengintai untuk melihat aset nuklir kedua negara sebagai bagian dari pengawasan perjanjian senjata.

Dilansir Fox News, Kamis (24/04/2014), kini pejabat Pentagon takut dengan hadirnya Mig-35 Rusia, pesawat pengintai terbaru Rusia dengan sistem ultra canggih bisa dengan leluasa melintasi wilayah udara AS.

Gedung Putih dilaporkan mulai mempertimbangkan keputusan apakah akan membolehkan pesawat baru Rusia itu melintasi udara AS sesuai “kesepakatan langit terbuka” atau tidak.

Di tengah situasi panas, para jenderal AS ingin menyangkal hak Rusia untuk menerbangkan pesawat pengintai terbarunya melintasi udara AS, karena hak itu dilindungi dalam perjanjian.

Ketua Komite Angkatan Bersenjata Dewan dari Partai Republik, Howard McKeon dan ketua panel subkomite yang mengawasi persenjataan nuklir AS asal Partai Republik, Mike Rogers dari Alabama, mendesak Obama agar menolak hak Rusia untuk menerbangkan pesawat barunya di wilayah udara AS.

Selama ini AS merasa nyaman dengan melintasnya pesawat-pesawat intai Rusia. Namun saat Rusia menerbangkan pesawat intai terbarunya MIG 35, Pentagon mulai khawatir karena MIG 35 itu dilengkapi sistem super canggih yang memungkinkan Moskow mengintai aset nuklir Amerika dengan tingkat presisi dan detail yang memuaskan.

Kali pertama, Rusia resmi isyaratkan perang

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov memperingatkan bahwa Rusia akan merespon jika kepentingan Moskow diserang di Ukraina seperti yang terjadi di Georgia enam tahun yang lalu.

Dilansir Russia Today, Jumat (25/04/2014), ancaman Lavrov itu mengingatkan perang tahun 2008 dengan Georgia di Ossetia Selatan.
Obama medvedev 01

Barack Obama (kiri) dan Dimitri Medvedev (kanan).

“Jika kami diserang, kami pasti akan merespon. Jika kepentingan kami, kepentingan sah kami, kepentingan Rusia diserang secara langsung, seperti yang mereka lakukan di Ossetia Selatan, misalnya, saya tidak melihat cara lain tetapi akan menanggapi sesuai dengan hukum internasional,” tambah Lavrov.

Peringatan itu adalah petunjuk paling jelas mengenai penggunaan aksi militer, dan peringatan itu diutarakan ketika 600 tentara AS sedang menuju ke wilayah itu untuk unjuk kekuatan.

Dua bomber Rusia dekati wilayah udara terlarang Eropa

Ketegangan mendekati perang antara Rusia dan Barat makin mencekam. Dua pesawat bomber jarak jauh Rusia TU-95 Bears, dilaporkan terbang mendekati wilayah udara negara-negara anggota NATO di Laut Utara.

Dilansir Reuters, Jumat (25/04/2014), kehadiran dua bomber jarak jauh Rusia itu terkonfirmasi melalui laporan dari pesawat tempur Inggris, Belanda dan Denmark dilaporkan mencegat dua pesawat pembom Rusia yang mendekati




Kementerian Pertahanan Inggris membenarkan laporan dari dua pesawat RAF Leuchars di Skotlandia terkait dua pesawat itu.

Untuk menentukan identitas pesawat pada Rabu, 23/04/14, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris.

“Pesawat itu kemudian diidentifikasi sebagai pesawat militer Rusia,” katanya.

Belanda juga mengirim dua jet tempur F-16 dari pangkalan udara Volkel untuk memantau dua pesawat Rusia yang diidentikasi TU-95 Bears.

Sementara itu, Anders Fridberg, juru bicara Komando Pertahanan Denmark, mengatakan, pihaknya memang mengikuti mereka dua pesawat dan kemudian berbalik ketika mencapai Jerman.

Kepung Rusia, empat kompi pasukan AS tiba di Polandia

Militer AS di Eropa mengirimkan empat kompi unit infanteri berjumlah besar, dengan total sekitar 600 tentara, ke Eropa Timur. Ini merupakan upaya terakhir untuk meyakinkan sekutu NATO dalam konteks “agresi Rusia di Ukraina”.

Dilansir AFP, Jumat (25/04/2014), empat negara (Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia), masing-masing akan menerima satu kompi pasukan terjun payung dari Airborne Brigade Combat Team ke- 173 Angkatan Darat AS yang berbasis di Vicenza, Italia.

Juru bicara Pentagon Laksamana Madya John Kirby mengatakan, komando AS di Eropa akan mempertahankan rotasi pasukan darat di negara-negara tersebut untuk setidaknya beberapa bulan ke depan.

Kompi-kompi itu akan melakukan latihan tembak langsung dengan pasukan militer setempat selama sekitar satu bulan, kemudian akan ditarik dan digantikan kompi Angkatan Darat AS lainnya.

“Apa yang kita upayakan di sini adalah kehadiran terus-menerus, rotasi kehadiran terus-menerus,” kata Kirby.


Balas aksi NATO, militer Rusia manuver di perbatasan

Bersamaan dengan pergelaran pasukan NATO di sejumlah negara Eropa Timur, militer Rusia melakukan manuver militer besar-besaran di perbatasan Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa manuver militer Rusia untuk mereaksi manuver militer NATO di Eropa Timur.

“Kami akui ini adalah manuver tandingan. Kami tidak punya pilihan selain menandinginya dengan manuver yang sama,” tegas Putin, dilansir Itass, Sabtu (26/04/2014)

Menurut Putin, jika pemerintah Ukraina di Timur negara itu menggunakan kekuatan militer, maka mereka telah melakukan kejahatan terhadap warganya sendiri.

Sementara Kementerian Luar Negeri Ukraina mengumumkan, Kiev memberi batas waktu 48 jam kepada Moskow untuk menjelaskan tentang digelarnya manuver militer Rusia di perbatasan Ukraina. Kemenlu Ukraina di Kiev meminta Moskow untuk menjelaskan tentang manuver militer yang dilakukannya di perbatasan negara itu.

Sumber indocropcircles.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar