Minggu, 26 Mei 2013

Catatan Hati Seorang Manusia Di Bawah Hujan

tangan-hujan

EGO yang terlalu tinggi terkadang membuat orang semakin sombong. Hal ini, yang teralami sendiri, ketika dibanggakan, diberi beragam puji dari sana-sini, diri seakan lupa siapa dan untuk apa itu. Manusia hanya segelintir serpihan yang terhampar di ladang bumi yang fana, diatas bumi masih ada langit, dan setingginya langitpun tetap  masih ada yang lebih tinggi yaitu kekuasaan Allah swt.

Jadi kenapa kita harus sombong, angkuh, seakan merasa paling segalanya. Toh, kita semua berasal dari cairan yang hina, yang merangkak berjalan perlahan untuk berjuang menembus tembok raksasa rahim wanita. Menempel seperti parasit untuk tumbuh dan berbentuk sempurna. Memiliki mata, hidung, lengan, dan semua organ utama serta penunjang lainnya. Lahir dengan jiwa tak berdaya, merengek meminta cairan putih seorang wanita. Jangankan untuk bisa berjalan, berbicarapun belum bisa, hanya tangis dan tangis yang terdengar bersua.

Rupawan, cendikiawan, dan hartawan hanya sebuah titipan. Seperti perjalanan menuju tempat tujuan, ada yang berjalan kaki, mengendarai kendaraan biasa, mewah dan akhirnya terdampar di tempat sama yaitu kematian.  Tubuh yang kekar, jeniusnya otak, tidaklah berarti begitu penting karena akhirnya hanya menjadi tulang belulang yang dihiasi hewan-hewan tanah. Rumah mewah tetap saja berujung menjadi ruangan kecil berukuran 2×1 meter atau bahkan lebih kecil lagi daripada itu.

Ketika semua keinginan selalu tercapai, akankah sikap ego semakin meninggi merangkak naik menjadi himpunan iblis yang akan menusuk secara menyakitkan di penghujung hari. Saat kegagalan tiba, depresi, kekecewaan, rasa tak percaya yang selalu hinggap dihatinya. Menghujat, mengeluh, dan bahkan mengkufuri nikmat yang telah diberikan Ilahi. Bukan seberapa banyak kita sukses atau berhasil yang diperhitungkan, tetapi seberapa besar dan waktu yang kita gunakan untuk dapat bangkit kembali dan memperbaikinya.

Terkadang banyak manusia hanya melihat dari sisi hasil, ya hasil yang diperoleh bagus atau tidak. Itu hanya pemikiran primitif tempo dulu. Proses itu lebih penting, seberapa besar usaha dan upaya yang telah dilakukan, itulah yang akan menentukan hasil, bukan hasil yang menentukan proses. Toh, jika proses besar namun hasilnya tak memuaskan, itu bukan masalah besar yang harus dibesar-besarkan. Karena sesungguhnya ada rencana Allah yang lebih baik dari apa yang telah kita harapkan. Ini tergantung dari bagaimana kita menyikapinya karena di belakang semua kejadian pasti akan ada hikmah yang tersimpan.
Kita tinggal merenungi dan mempelajarinya, bukan menyesali bahkan mendzalimi nikmat yang ada.

Manusia hanya segelintir serpihan kecil bumi yang fana. Menganggap dunia adalah surga ataukah perjalanan menuju surga? Persepsi yang selalu terbiaskan. Banyak cara menyikapi kehidupan dunia, ada yang menghalalkan semua cara untuk memuaskan hasrat jiwa dan ada juga yang berjuang dengan selalu menjungjung tinggi syariat agama. Surga-surga dunia yang dimanjakan dengan harta, wanita, dan tahta teramat memperlena memperdaya manusia.

Banyak pajabat yang gila harta, meraup dan mengeruk kekayaan rakyat untuk memenuhi kantung perutnya yang selalu merasa lapar. Banyak wanita-wanita yang terpaksa menjual kehormatannya demi lembaran uang yang tak seberapa. Banyak anak kecil menangis kelaparan di jalan sedangkan ayahnya asik berjudi dan berpesta. Banyak akademisi yang menyia-nyiakan sekolahnya diatas harapan manusia-manusia kecil yang tak sempat mengenyam pendidikan.

Manusia terkadang tidak banyak bersyukur, termasuk diri ini terlalu banyak mengeluh ini itu, padahal setiap waktu selalu mendapat nikmat-Nya. Bersyukur masih bisa bernapas, bersyukur masih bisa berjalan, bersyukur masih bisa berbicara dan bersyukur atas pemberian  nikmat yang terasa maupun tak terasa lainnya. Walau kegagalan datang secara bertubi-tubi diatas proses yang dirasa cukup melelahkan namun itulah rencana Allah. Ada jalan terbaik yang dipilih dan telah disiapkan oleh Nya untuk kita. Tetap istiqomah menjalani dan terus berupaya bangkit lalu memperbaikinya, hingga bahagia tiba esok hari dengan senyum menyejukkan dan harum menyegarkan layaknya sungai-sungai yang mengalir di surga dengan bidadari yang cantik tiada tara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar