Oke, pertama-tama lihatlah animasi-animasi gif dibawah ini ...
Wow, benarkah itu ular yang keluar dari sesuatu yang dibakar? Menakjubkan! Benar-benar mirip ular-ular sihir dari tukang sihir-tukang sihir firaun! ....
Baiklah, sebenarnya zat yang dibakar tersebut adalah suatu senyawa kimia yang bernama Mercury(II) thiocyanate atau rumus kimianya adalah (Hg(SCN)2). Senyawa ini adalah senyawa anorganik, koordinasi kompleks dari Hg2+ dan anion tiosianat. Biasanya berbentuk bubuk putih. Zat ini dulu terkenal karena digunakan dalam kembang api, karena akan menghasilkan "ular" besar yang meliuk-liuk saat dinyalakan, efek yang dikenal sebagai Ular Firaun (Firaun Serpent).
Ketika senyawa ini di hadapkan ke sebuah sumber panas yang cukup kuat, reaksi eksotermis yang cepat dimulai, menghasilkan massa besar melingkar seperti ular. Nyala yang terlihat sering berwarna biru, tetapi juga dapat berwarna kuning/oranye yang menyertai pembakaran. Hasil padat atau "ular" dapat berwarna abu-abu gelap hingga cokelat dengan bagian dalam umumnya jauh lebih gelap daripada bagian luar.
Sintesis pertama dari merkuri tiosianat mungkin telah dikerjakan pada tahun 1821 oleh Jöns Jacob Berzelius:
HgO + 2 HSCN → Hg (SCN)2 + H2O
Sedangkan efek ular firaun nya ditemukan oleh Wöhler, orang Jerman pada tahun 1821 tidak lama setelah sintesis pertama. Untuk beberapa waktu, produk kembang api dari zat tersebut yang disebut "Pharaoschlangen" dijual untuk publik di Jerman, namun akhirnya dilarang ketika sifat racun dari produk ditemukan karena menyebabkan kematian beberapa anak yang memakan zat yang dihasilkan atau "ular". Paparan uap merkuri dari proses ini juga dapat menyebabkan kerusakan otak.
Efek yang serupa, meskipun kurang ekstrim, dapat dicapai dengan menggunakan kembang api yang dikenal sebagai ular hitam (black snake). Produk ini lebih aman, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat atau campuran minyak biji rami dan naftalena.
Penggunaan
Mercury tiosianat memiliki beberapa kegunaan dalam sintesis kimia. Selain sebagai prekursor kalium tris (thiocyanato) mercurate (II) (K[Hg( SCN)3]) dan cesium tris (thiocyanato) mercurate (II) (Cs[Hg(SCN)3]), merkuri tiosianat juga dapat meningkatkan batas deteksi dalam penentuan ion klorida dalam air dengan spektroskopi UV-tampak. Teknik ini pertama kali diusulkan pada tahun 1952 dan telah menjadi metode umum untuk penentuan ion klorida di laboratorium di seluruh dunia sejak saat itu. Merkuri tiosianat juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion klorida dalam larutan berair.
Reaksi Kimia
Menyalakan merkuri (II) tiosianat menyebabkannya berdekomposisi menjadi massa berwarna cokelat terutama nitrida karbon, C3N4. Mercury (II) sulfida dan karbon disulfida juga diproduksi.
2Hg(SCN)2 → 2HgS + CS2 + C3N4
Karbon disulfida mudah terbakar menjadi karbon (IV) oksida dan sulfur (IV) oksida :
CS2 + 3O2 → CO2 + 2SO2
C3N4 yang terpanaskan sebagian terurai membentuk gas nitrogen dan dicyan :
2C3N4 → 3(CN)2 + N2
Mercury (II) sulfida bereaksi dengan oksigen membentuk uap merkuri dan sulfur dioksida. Jika reaksi dilakukan di dalam wadah, kita bisa mengamati film merkuri abu-abu melapisi permukaan bagian dalam wadah.
HgS + O2 → Hg + SO2
Ingat, Meskipun menakjubkan, tapi reaksi diatas sangat berbahaya bagi kesehatan karena menghasilkan gas-gas yang berbahaya. Jadi ...
Don't Try This at Home!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar