gereja kristen jawa atau gkj joyodiningratan dan masjid al hikmah di kota solo, jawa tengah, sejak sekitar 60 tahun lalu berdiri berdampingan. Umat dari dua tempat ibadah itu pun hidup berdampingan. Bahkan, gereja dan masjid ini menggunakan alamat yang sama, yakni jalan gatot subroto 222, kampung joyodiningratan, kratonan, serengan, solo. Mereka membangun harmoni kehidupan dengan saling menghargai. Bagi pihak gereja, mendengarkan suara azan pada saat khotbah sudah menjadi hal biasa. Begitu juga bagi jemaah masjid, mendengar paduan suara dari gereja juga sudah biasa. Jemaah shalat id yang memenuhi jalan raya, termasuk area depan gereja, sudah biasa terjadi.
Tak heran, walau pemimpin di gereja maupun pengurus masjid telah berganti-ganti, kedua tempat ibadah ini tetap eksis hingga sekarang. Ketika hari raya idul fitri jatuh pada hari minggu, demi menghormati umat yang mengikuti shalat id di masjid al hikmah, pihak gkj meniadakan kebaktian pagi hari.
"biasanya setiap minggu kebaktian dilakukan empat kali. Namun, kalau hari minggu itu bertepatan dengan shalat idul fitri, maka khusus kebaktian pukul 06.30 kami tiadakan," tutur pendeta widiatmo herdjanto sth, pendeta jemaat gkj joyodiningratan yang memimpin gereja tersebut selama 20 tahun. Jika perayaan natal berlangsung, biasanya urusan parkir kendaraan dari jemaat gereja dibantu pemuda masjid. Bahkan, ketika seorang pendeta di gkj joyodiningratan meninggal, pengurus masjid al hikmah menyediakan tempat parkir di sekitar masjid.
kerukunan umat masjid al hikmah dan gkj joyodiningratan disimbolkan dengan tugu berbentuk lilin yang didirikan persis di antara tembok gereja dan masjid. Tugu itu dibuat sebagai komitmen pihak masjid dan gereja untuk selalu menjaga hubungan baik. Masjid al hikmah dibangun tahun 1947 di atas tanah milik haji ahmad zaini. Adapun gedung gkj dibangun tahun 1929.
"almarhum bapak mertua saya punya tanah persis di samping gereja. Ia lalu menyampaikan izin membangun masjid di tanah itu. Sekarang masjid diwakafkan untuk umat," ujar gusti nur aida (60) yang tinggal di joyodiningratan sejak 1967.
Pendeta gereja dari masa ke masa telah biasa memenuhi undangan halal bihalal yang diadakan warga kampung setempat. Hubungan antarumat juga terjalin cukup erat. "kalau lebaran saya dikirim roti oleh tetangga-tetangga yang non-muslim. Gantian saat natal, saya kirim kue ke tempat mereka," ungkap gusti. Umat masjid dan gereja pernah bahu-membahu membantu korban gempa yogyakarta dan klaten tahun 2006. "waktu itu masjid sedang membuat acara bakti sosial untuk korban gempa. Gereja dan tetangga yang non-muslim ikut memberi bantuannya," ungkap ketua takmir masjid al hikmah m nasir (45).
Ayah nasir, abu bakar, adalah salah satu yang terlibat dalam kesepakatan menjaga hubungan harmonis antara gereja dan masjid. "waktu masjid mau ditingkat, kami menyampaikan dan minta izin ke pendeta. Begitu juga sebaliknya, saat gereja mau ditingkat, mereka datang dan minta izin ke sini," sebut nasir.
Menurut nasir, pernah ada usaha provokasi dari pihak luar. Namun, latar belakang dan sejarah hubungan keduanya yang sudah terjalin baik menjadi penangkal hasutan tersebut. "tugu lilin itu punya makna dalam. Setiap kali melihatnya, kami teringat bahwa bapak ibu kami dulu telah membangun fondasi hubungan yang baik. Jangan sampai itu rusak dalam sekejap. Hubungan seperti ini sangat indah," kata nasir.
Untuk Masjid Al-Hikmah Surakarta (Joyodingratan)
Nama Sumbernya Bukan Nasir : Tapi Natsir (Ketua Takmir Masjid hgga sekarang)
Terus salah satu anak pewakaf : nur waida (sekarang alm.).
ane alhamdulillah, bisa jadi saksi kerukunan umat beragama dalam membantu umat.
Seperti ketika ada bencana gempa di Yogyakarta tepatnya di Ganti warno. pihak masjid dan gereja mengumpulkan dana bantuan dalam berbagai bentuk yang bisa dimanfaatkan yang kemudian dibagikan oleh para jamaah masjid untuk para korban bencana.
tapi untuk urusan pelaksanaan ibadah, masing2 jamaah tetep sendiri2 sesuai dengan ajaran masing2 dan hingga saat ini saling menghormati satu sama lain.
NB:Oya untuk pembangunan masjid ini bisa sampai megah karena amalan jariyah dari seorang dermawan bernama H. Makdum.
Nama Sumbernya Bukan Nasir : Tapi Natsir (Ketua Takmir Masjid hgga sekarang)
Terus salah satu anak pewakaf : nur waida (sekarang alm.).
ane alhamdulillah, bisa jadi saksi kerukunan umat beragama dalam membantu umat.
Seperti ketika ada bencana gempa di Yogyakarta tepatnya di Ganti warno. pihak masjid dan gereja mengumpulkan dana bantuan dalam berbagai bentuk yang bisa dimanfaatkan yang kemudian dibagikan oleh para jamaah masjid untuk para korban bencana.
tapi untuk urusan pelaksanaan ibadah, masing2 jamaah tetep sendiri2 sesuai dengan ajaran masing2 dan hingga saat ini saling menghormati satu sama lain.
NB:Oya untuk pembangunan masjid ini bisa sampai megah karena amalan jariyah dari seorang dermawan bernama H. Makdum.
Itu artinya, masyarakat solo khususnya jamaah kedua tempat ibadah itu, cara berfikirnya sudah sangat dewasa. Keduanya sudah sangat mengerti batasan-batasan toleransi agama masing-masing seperti...
Pemuda atau pengurus gereja, gak perlu ikut bagiin zakat fitrah, tapi mereka membantu keamanan dan parkir. Begitu juga para pemuda atau pengurus masjid, gak perlu ikut merayakan malam natal didalam gereja, tapi mereka membantu kelancaran dan kenyamanan jemaat gereja yang sedang merayakan hari besar agamanya.
Harusnya hal ini diikuti daerah-daerah lain, terutama Jakarta. Nabi Muhammad Saw juga pernah bersabda, agar kita (umat Islam) melindungi umat minoritas yang ada dilingkungan (disekitar )kita dan melarang mengusir mereka dari tempat-tempat tinggal mereka.
Pemuda atau pengurus gereja, gak perlu ikut bagiin zakat fitrah, tapi mereka membantu keamanan dan parkir. Begitu juga para pemuda atau pengurus masjid, gak perlu ikut merayakan malam natal didalam gereja, tapi mereka membantu kelancaran dan kenyamanan jemaat gereja yang sedang merayakan hari besar agamanya.
Harusnya hal ini diikuti daerah-daerah lain, terutama Jakarta. Nabi Muhammad Saw juga pernah bersabda, agar kita (umat Islam) melindungi umat minoritas yang ada dilingkungan (disekitar )kita dan melarang mengusir mereka dari tempat-tempat tinggal mereka.
Terus Masjid Sunda Kelapa sama Gereja Ayam aja sebelahan
dua tempat ibadah di tanjung priok jakarta utara berdiri berdampingan selama lebih dari setengah abad. Tidak hanya bangunannya yang berdampingan. Jemaat gereja mahanaim dan masjid al muqarrabien pun akrab menjalin kebersamaan, meski berlatar belakang agama berbeda. Saat gereja diserang, warga muslim tak ragu melindungi.
masjid miftahul huda di desa balun, kec. Turi, kab. Lamongan, jawa timur, ini berdampingan dengan pura sweta maha suci dan gereja kristen jawi wetan. Masjid berarsitek ala timur tengah ini berdiri sejak 1960-an. Masjid ini menjadi sebagian bukti bahwa umat islam tetap dapat beribadah dengan tenang meski di sekitarnya berdiri rumah ibadah agama lain, asal mereka belum teracuni ide-ide kelompok radikal yang rajin menyebarkan permusuhan dan kebencian. Negara harus memberantas kelompok-kelompok yang membahayakan persatuan bangsa ini.
Di Jombang, Masjid dan Gereja pun Satu Tembok
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7707204
http://jelajahunik.blogspot.com/2011/07/gereja-masjid-cekidot-gann.html