ALLAH SWT menundukkan jin-jin kepada Nabi-nya, yaitu Sulaiman as. Pada waktu Nabi Sulaiman meninggal, beliau masih dalam keadaan berdiri (bersandar pada tongkat) sampai hewan-hewan di bumi yang melata (rayap) memakan tongkat Nabi Sulaiman.
Semua itu terjadi dan jin tidak tahu akan meninggalnya Nabi Sulaiman. Oleh karena itu, Allah berfirman: “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ [34] : 14).
Dahulu, jin-jin mencuri berita dari langit, kemudian pada saat Rasulullah diutus menjadi Rasul, penjagaan terhadap langit diperketat, dan sedikit sekali jin-jin yang dapat menguping atau mencuri berita setelah itu, maka dari itu, salah besarlah anggapan bahwa jin-jin dan orang-orang yang datang kepada jin, yang terdiri dari dukun dan paranormal, mengetahui hal yang gaib.
Allah berfirman: “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin [72] : 26-27) dan Allah berfirman: “Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml [27] : 65)
Ayat- ayat lain yang menyebutkan tentang hal ini ada banyak sekali. Tidak diperbolehkan menanyai atau membenarkan ucapan mereka (para dukun) dalam memberikan komentar tentang hal gaib.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barangsiapa mendatangi seorang dukun, kemudian menanyainya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.”
Adapun menanyai dukun atau paranormal dengan tujuan menguji mereka, maka hukumnya adalah boleh. Dasarnya, Nabi Muhammad Saw pernah bertanya kepada Ibnu Shayyad, “Tahukah engkau apa yang mendatangimu?” ia menjawab, “Telah datang kepadaku orang yang jujur dan pembohong.” Beliau bertanya lagi, “Apa yang engkau lihat?” ia menjawab, “Aku melihat singgasana yang berada di atas air.” Rasulullah bersabda lagi, “Sesungguhnya aku menyembunyikan sesuatu terhadap dirimu.” Ia menukas, “Weleh-weleh.” Rasulullah bersabda, “Enyahlah engkau! Kau tidak akan bisa melampaui batas kemampuanmu. Engkau termasuk saudara para dukun.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Para dukun adalah utusan para setan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah bahwa terkadang ucapan para dukun adalah benar, dan inilah yang terkadang digunakan untuk mempengaruhi seseorang.
Kebenaran mereka terkadang disebabkan oleh ucapan mereka yang bersifat umum dan global seperti, “Akan terjadi sebuah kejutan terhadapmu.” Lalu tidak lama kemudian terjadilah kejutan terhadap orang tersebut.
Kebenaran mereka terkadang berasal dari firasat dan usaha menghubungkan muqaddimah (sebab) dengan natijah (akibat) dan lain sebagainya. Kalimat-kalimat yang benar tersebut (yang diucapkan oleh dukun) berasal dari kabar langit yang telah dicuri oleh jin.
Dalam Shahiih Al-Bukhari dan Muslim serta Musnad Ahmad, diriwayatkan bahwa Aisyah ra berkata, “Rasulullah pernah ditanya oleh beberapa sahabat tentang perihal para dukun, kemudian Rasulullah menjawab. “Mereka bukanlah apa-apa.” Setelah itu, mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya mereka (dukun-dukun) itu mengatakan sesuatu yang benar (terjadi).” Rasulullah menjawab, “Kalimat yang benar tersebut adalah kalimat yang dicuri oleh jin, kemudian jin membisikkannya ke telinga teman-temannya (para dukun), dan mereka mencampurkan ke dalam kalimat tersebut lebih dari seratus kebohongan.”
Manusia adalah (makhluk) yang mudah lupa, sehingga ia melupakan seratus kebohongan dan hanya ingat satu kebenaran ucapan dukun.
Terkadang, dukun mengatakan begini-begini, kemudian terjadilah sebagaimana yang ia katakan. Betapa banyaknya pengakuan mengetahui hal yang gaib di zaman kita sekarang ini berasal dari orang-orang yang dipermainkan oleh setan.
Yang wajib bagi kita adalah menghilangkan kesesatan ini dan menjelaskan kebenaran kepada mereka (para dukun), serta mencegah mereka menyebarkan takhayul mereka di berbagai surat kabar dan majalah, guna menghentikan kebatilan mereka serta menolak kejelekan dan kerusakan, sesuai dengan kemampuan kita.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan, “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan menggunakan tangannya, dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan hal [yang terakhir] ini adalah selemah-lemahnya iman.”
Dalam kitab As-Sunan, ada hadits Abu Bakar Ash-Shidiq ra dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya apabila manusia melihat kemungkaran, dan mereka tidak mengubah atau menindaknya, maka kepada mereka semua tanpa kecuali, niscaya Allah akan segera menimpakan akibat atau siksa lantaran kemungkaran tersebut.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar