Jumat, 18 Januari 2013

Pilih Mana, Bekerja Keras atau Bekerja Cerdas?


SEMUA pekerja yang sedang merintis karier tentunya ingin meraih kesuksesan. Untuk mencapai kata sukses, ternyata tidak cukup dengan bekerja keras saja, Anda pun bisa memilih untuk bekerja cerdas.

Menjadi sebuah konsekuensi logis, bahwa untuk meraih kesuksesan Anda memang dituntut bekerja keras. Itu adalah salah satu nilai lebih yang bakal dilihat oleh perusahaan tempat Anda membangun karier.

Akan tetapi kerja keras hanya sebuah syarat "cukup" untuk berkarier. Bila Anda tidak bisa mengaturnya dengan baik, hal itu justru bakal mendorong Anda menjadi lupa waktu dan terperangkap dalam rutinitas tugas yang tidak bisa dinikmati lagi.

Menjadi hardworker identik dengan berada lebih lama di kantor sejatinya sudah dianggap tidak lagi efisien. Bahkan, hal ini menjadi aktivitas yang memboroskan. Penambahan jam kerja bisa membuat Anda dinilai tidak memiliki manajemen kerja yang baik sehingga tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat sesuai jam kerja.

Tidak salah kiranya dengan kondisi itu, para pekerja keras sering mengeluh bahwa kerja keras dan pengorbanan terkadang tidak sepadan dengan hasil yang mereka dapat. Akan lebih membuat kesal jika banyak orang yang lebih santai malah punya karier jauh lebih baik dari apa yang Anda miliki.

Menurut Margaret Steen, seorang ahli karier, jika kerja keras tidak sesuai dengan yang didapat, maka berhentilah menjadi hardworker. Namun, itu bukan berarti Anda bermalas-malasan atau tidak mengerjakan tanggung jawab sebagai karyawan. Berhenti menjadi hardworker berarti waktunya Anda mengubah pola dan mekanisme kerja.

Kerja cerdas atau smart worker yaitu pembagian atau manajemen waktu, melakukan pekerjaan lebih efektif dan efisien. Yaitu dengan cara lebih memusatkan perhatian pada pekerjaan.

Dengan fokus pada pekerjaan, semuanya bisa terselesaikan dengan lebih cepat. Hal-hal tidak penting dapat dilakukan usai jam kerja. Jangan pernah menunda pekerjaan, sikap seperti itu sangat penting tidak diabaikan oleh kita.

Kerja keras versus kerja cerdas

Ada satu hal lagi yang ingin kita renungkan dalam posting ini. Sebagai manusia, urusan kerja tentu saja bukan satu-satunya hal yang menjadi tanggungjawab kita dalam hidup ini. Sebagai manusia kita juga perlu refresshing untuk menyegarkan semangat. Sebagai kepala keluarga atau ibu rumah tangga tentu kita juga harus mengurus keluarga (istri, suami, anak-anak, dan sebagainya). Yang lebih penting lagi, sebagai insan yang beragama – tentu saja kita tidak bisa lupa untuk melaksanakan ritual ibadah sesuai dengan keyakinan kita masing-masing.

Pernahkah terpikirkan, berapa banyak waktu kita yang hanya 24 jam sehari ini kita habiskan untuk urusan kerja? Berapa jam sehari kita gunakan untuk refreshing guna mendapatkan penyegaran diri? Berapa jam kita sisihkan waktu untuk orang-orang yang kita cintai? Dan terlebih penting lagi, berapa menit per hari kah yang kita sisihkan untuk memperbanyak amal ibadah kepada Sang Pencipta sessuai keyakinan kita masing-masing? Jangan-jangan semua waktu kita habis untuk urusan kerja dan tidak tersisa untuk hal lainnya.

Jika itu telah kita alami, barangkali saja kita tergolong sebagai pekerja keras. Barangkali saja kita mencapai tujuan kerja yang telah digariskan. Tetapi di balik semua itu, kita  mengorbankan banyak hal yang juga menjadi tanggung jawab sebagai seorang makhluq. Jika itu sudah kita alami, sudah saatnya kita memulai bekerja cerdas. Tidak hanya bekerja keras – tetapi bekerja cerdas!

Tidak berbeda dengan bekerja keras, bekerja cerdas targetnya adalah menyelesaikan pekerjaan dan mencapai tujuan. Perbedaannya, dengan bekerja cerdas anda tahu kapan harus bekerja keras dan menyelesaikan pekerjaan dengan seefisien mungkin sehingga anda masih mempunyai waktu untuk mengerjakan hal-hal lain yang menjadi tanggung jawab anda. Seorang pekerja cerdas, tidak hanya bisa menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya, tetapi juga masih mempunyai waktu untuk refreshing, bercengkerama dengan keluarga dan orang-orang tercinta, serta masih berkesempatan mengepolkan (memaksimalkan) amal ibadah kepada Sang Pencipta sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya. Itulah seorang pekerja cerdas, apa yang didapatkan pekerja keras juga dia dapatkan tetapi apa yang hilang dari pekerja keras dia masih sempat kerjakan.

Jadi, apakah kita tergolong sebagai pekerja keras ataukah pekerja cerdas? Silakan menilai diri anda masing-masing, tidaklah berhak saya memberikan penilaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar