Tentu sobat unik masing ingat dengan peristiwa pemerkosaan brutal yang terjadi di dalam bis di India pada Desember 2012 lalu? Peristiwa yang memilukan tersebut memicu reaksi keras dari aktivisi HAM dan perempuan di berbagai belahan dunia. Hak perempuan yang secara internasional telah dimasukan ke dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia, ternyata tidak menjamin kaum perempuan hidup lebih baik dan setara dengan lawan jenisnya. Bahkan norma-nilai sosial dan beberapa dogma agama, pun dirasakan banyak mengekang kebebasan kaum perempuan di berbagai negara. Berikut kami merangkum 5 negara yang tidak ramah bagi perempuan:
1. Saudi Arabia
Meskipun telah terjadi reformasi di
dalam pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia, tetap saja ada bagian yang
masih dirasakan tidak adil oleh kaum perempuan Arab. Pada 2009 lalu,
Forum Ekonomi Dunia bahkan menempatkan Saudi Arabia ke daftar negara
terburuk dalam kesetaraan jender. Meskipun 70% perempuan di Arab Saudi
mampu menikmati bangku pendidikan hingga tingkat universitas, namun
norma dan nilai sosial masih dirasakan ketat, hanya 5% saja yang
memiliki kesempatan bekerja.
Memang secara budaya masyarakat Arab
menganut sistem Patriarki yang membedakan martabat dan derajat antara
laki-laki dan perempuan. Di Arab Saudi perempuan diwajibkan memiliki
pengawal laki-laki, ketika berada di luar rumah. Dan yang paling
menggelikan adalah bahkan di rumah mereka memiliki pintu khusus untuk
masuk ke dalam rumah, terpisah dengan pintu laki-laki. Salah satu
kebijakan pemerintah Arab Saudi yang tidak ramah bagi kaum perempuan
adalah ketika mereka diperbolehkan menaiki pesawat, namun mereka tidak
boleh berada di bandara tanpa ditemani oleh pengawalnya.
2. Nepal
Telah lebih dari satu dekade semenjak
perang saudara yang berlangsung, saat ini sebanyak 33 persen bangku
palemen diduduki oleh kaum perempuan Nepal. Namun meski demikian tetap
saja Nepal masih dilanda berbagai masalah, kemiskinan dan tingkat
kejahatan. Dari sisi budaya dan sosial, kaum perempuan Nepal masih
berada di bawah payung patriarki.
Di Nepal pernikahan di usia muda marak
dilakukan, juga dibarengi dengan kehamilan yang tinggi. Kehamilan
tersebut dipicu oleh nilai-nilai budaya yang menganggap anak lelaki
lebih baik dari perempuan, sehingga tidak aneh jika banyak terjadi
penjualan anak perempuan di Nepal. Bahkan di bidang pendidikan pun kaum
perempuan Nepal disisihkan dan dipersulit, sehingga bukan saja terjadi
pernikahan dan kehamilan di usia muda, bahkan seringkali mereka menjadi
korban kekerasan rumah tangga. Sehingga Nepal pun dimaksukan ke dalam
salah satu negara yang tidak ramah terhadap kaum perempuan.
3. Pakistan
Peristiwa memilukan kaum perempuan
dunia, salah satunya ketika Malala Yousafzai (15) ditembak oleh Militer
Taliban pada 9 Oktober 2012 lalu. Malala ditembak ketika melakukan
protes bersama perempuan Pakistan lainnya. Peristiwa penembakan itu
kemudian memicu gelombang protes secara global, bahkan mereka memuji
keberanian gadis muda tersebut dan mengusulkan agar Malala dianugerahi
Nobel Perdamaian. Malala kemudian dirawat di Inggris, hingga 3 Januari
lalu ia kemudian diizinkan keluar dari rumah sakit. Dan untuk sementara
ia dan keluarganya tinggal di West Midland, Inggris.
Di Pakistan hak kaum perempuan lebih
ditekan bahkan disertai dengan sanksi-sanksi yang berat. Bukan itu saja
perlakuan kejam pun kerap dialami oleh para perempuan Pakistan, misalnya
dibunuh hanya karena merasa nama baik keluarga tercoreng, dikawin
paksa, dijual, diperkosa dan banyak lagi kekerasan dan kejahatan yang
menimpa mereka. Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Perserikatan Bangsa Bangsa sebesar 90% perempuan Pakistan mengalami
kekerasan di dalam keluarganya.
4. Afghanistan
Afghanistan sepertinya tanah pertempuran
abadi setelah berbagai negara lainnya di Timur Tengah. Bahkan
negara-negara barat menuduh bahwa Afghanistan adalah tempat
persembunyian para teroris dunia. Banyaknya peristiwa peperangan yang
terjadi di Afghanistan, mengakibatkan masyarakatnya yang majemuk (suku
dan etnis) mengalami depresi, stres pasca-trauma, dan yang paling
menderita adalah kaum perempuan.
Di bawah tekanan penguasa Mujahidin dan
Taliban, kaum perempuan di Afghanistan mengalami hal yang serupa dengan
saudara perempuan mereka di Pakistan. Kawin muda dan paksa, suami dapat
menceraikan isterinya tanpa melakukan kesepakatan, bahkan akibat
perlakuan yang tidak seimbang tersebut mempengaruhi usia hidup seorang
perempuan di Afhganistan –hanya sampai di usia 44 tahun. Baru di Akhir
2001 Taliban memperbolehkan kaum perempuan untuk bekerja.
5. China
Tidak ada komentar:
Posting Komentar