Senin, 15 Oktober 2012

Lucu Perempuan Berbelahan DAda Rendah Dilarang Naik Pesawat


http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR0jvJnCGEv40Q0gidysfyH-gzRX-lF_92x7JmxHLrsBS6umFws&t=1

Lucu Perempuan Berbelahan DAda Rendah Dilarang Naik Pesawat
 
Selain faktor "terlalu seksi" dan pakaian yang "provokatif", aturan lain yang tak jelas kadang membuatnya harus bergantung dari persepsi pegawai maskapai saja.

Sebuah maskapai penerbangan biasanya punya berbagai peraturan yang bisa menyebabkan calon penumpang tidak diperbolehkan naik pesawat. Namun aturan tentang yang satu ini biasanya adalah yang paling banyak menuai kontroversi dan perdebatan: yaitu soal pakaian.

Baru-baru ini, seorang perempuan yang terbang dari Las Vegas dengan pesawat Southwest, mengaku harus berdebat keras dengan seorang pegawai maskapai itu, karena dirinya dianggap terlalu memperlihatkan belahan dadanya. Sementara dalam kasus lain, belum lama ini pula, seorang pilot American Airlines bahkan sempat menceramahi seorang penumpang perempuan lantaran tulisan di baju kausnya, meski kemudian sang penumpang masih boleh terbang setelah menutupi kausnya dengan kain lain.

Menariknya, kedua perempuan kemudian menceritakan kisah mereka di blog, yang segera saja diikuti oleh perdebatan soal apa yang boleh dan tidak boleh dikenakan saat naik pesawat. Nyatanya memang, tidak selalu jelas (pakaian) apa yang dinilai pantas untuk bepergian dengan pesawat, karena maskapai juga tidak secara jelas membuat peraturan tentang itu.

"Itu seperti (di) bisnis-bisnis jasa lainnya. Jika Anda misalnya mengelola sebuah restoran keluarga, dan seseorang berkata-kata kotor di sana, Anda mungkin juga akan meminta mereka pergi dari sana," ungkap Kenneth Quinn, seorang pengacara penerbangan yang juga mantan kepala konseling di US Federal Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan AS.





Dalam kasus penumpang perempuan di American Airlines tersebut, yang menolak diwawancarai media, diketahui bahwa dia bekerja pada sebuah lembaga pendukung aborsi. Para rekan online-nya pun menduga dia "dimusuhi" pihak maskapai lantaran ada slogan pro-choice (mendukung aborsi) di baju kausnya.

Namun salah seorang juru bicara American Airlines membantah hal itu, dengan menyatakan bahwa maskapainya tidak memihak kelompok mana pun dalam perdebatan soal aborsi yang masih berkembang di negara itu. Menurutnya, sang penumpang cuma diharuskan menutupi kausnya yang menampilkan "kata-kata kotor berawalan F".

Pekan lalu, Arijit Guha, seorang mahasiswa dari Arizona State University, mendapatkan masalah sama dengan alasan sedikit berbeda. Dia dikeluarkan dari penerbangan maskapai Delta di Buffalo, New York, karena T-shirt yang dikenakannya terkesan mengejek pegawai pemerintah, lengkap dengan tulisan (pelesetan) "Terrists gonna kill us all".

Peraturan yang tidak jelas mengenai itu (pakaian), memang menjadi salah satu sumber kontroversi tersendiri. Sebab, tidak saja di antara maskapai yang berbeda, pada maskapai yang sama pun kadang penilaian dan keputusan soal boleh-tidaknya tersebut jadi berada di tangan pegawai maskapai itu sendiri.

Tahun lalu misalnya, seorang penumpang laki-laki pun harus dikeluarkan dari penerbangan US Airways di Bandara San Francisco, bahkan kemudian ditangkap petugas, setelah pegawai maskapai menyebut sang penumpang menolak menaikkan celananya yang terlalu kedodoran (memperlihatkan bagian bokong).

Namun pihak penuntut di lembaga peradilan setempat menolak mendakwa lelaki yang diketahui bernama Deshon Marman, pemain football dari University of Mexico itu. Sementara pengacaranya melontarkan komplain bahwa maskapai yang sama bersikap tidak adil pada kliennya, karena diketahui setidaknya seorang laki-laki lain secara kontinyu bisa bepergian dengan maskapai itu hanya mengenakan pakaian dalam perempuan tanpa penutup apa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar