Banyak peristiwa di dunia yang berhasil diabadikan dalam sebuah foto.
Jumlahnya mungkin mencapai ratusan atau ribuan, dengan sejarah
masing-masing di dalamnya. Berikut ini adalah tujuh di antaranya:
The Burning Monk (1963)
"Tidak ada foto berita dalam sejarah telah menghasilkan begitu banyak emosi di seluruh dunia sebagai yang satu."
- President John F. Kennedy -
10 Juni 1963, para wartawan dari seluruh dunia menerima panggilan bahwa
sesuatu yang penting akan terjadi di Vietnam. Banyak pihak pers
menganggap remeh hal tersebut, namun tidak dengan Malcolm Browne dari
beberapa wartawan lain yang mendapatkan feeling aneh tentang
panggilan tersebut. Keesokan harinya di salah satu persimpangan jalan
paling sibuk di Saigon, Vietnam, sekumpulan biksu Buddha berkumpul
membentuk formasi lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran tersebut duduk
seorang biksu bernama Thich Quang Duc dalam posisi bersila dengan
tenangnya. Fotografer Malcolm Browne mulai terperangah ketika para biksu
lain yang lebih muda mulai menumpahkan bensin ke tubuh Duc, dan rasa
penasaran Browne berubah menjadi horor ketika seorang biksu mulai
menyulut api. Duc masih dalam posisi duduk hingga tubuhnya benar-benar
terbakar, namun perlahan biksu tersebut roboh dan Browne berhasil
mengabadikan moment tersebut.
Aksi bunuh diri ini yang dilakukan Duc adalah bentuk protes atas
kekerasan yang terjadi antara kaum Budha dan Katolik Roma di bawah
kepemimpinan Ngo Dinh Diem. Foto ini memberi efek besar pada dunia
termasuk Amerika Serikat yang saat itu dipimpin John F. Kennedy.
Fotografer Malcolm Browne sendiri mendapat penghargaan Pulitzer dan World Press Photo of The Year. Browne meninggal dalam usia 81 tahun pada tahun 2011 lalu.
The Vulture and The Child (1993)
Foto yang menjadi penyebab kematian fotografernya sendiri.
"Orang menyesuaikan lensa mata untuk mengambil hanya kerangka berpikir yang benar penderitaannya mungkin saja juga menjadi predator, burung pemakan bangkai yang lain di tempat kejadian."
- St. Petersburg Times -
Maret 1993, fotografer Kevin Carter mengunjungi Sudan yang saat itu dilanda bencana kelaparan dengan skala cukup parah. Carter kemudian menemukan objek menarik di daerah yang berdekatan dengan desa Ayod, ketika seorang anak kecil dengan badan sangat kurus terlihat dalam posisi membungkuk di tanah dengan seekor burung nasar yang berada tidak jauh dari anak tersebut. Carter mulai mengarahkan lensanya, mencari momen yang tepat. Ia bermaksud menunggu hingga burung tersebut mengepakkan sayapnya dan menghampiri anak itu, namun burung nasar tersebut tidak kunjung melakukannya. Carter akhirnya mengabadikan sebuah foto, mengusir burung nasar tersebut kemudian pergi. Orang tua dari anak tersebut kabarnya sedang sibuk mengambil makanan dari pesawat United Nation yang dinaiki Carter.
Foto ini mulai terkenal pada tanggal 26 di bulan dan tahun yang sama, ketika penawaran Carter untuk menjual foto tersebut pada The New York Times akhirnya disetujui. Pertanyaan mulai muncul dan NY Times menerima panggilan dari banyak orang untuk menanyakan apakah anak tersebut selamat atau tidak. Tidak ada yang bisa menjawab hal tersebut, karena seluruh jurnalis termasuk Carter yang bekerja di Sudan tidak diperbolehkan menyentuh para korban kelaparan dengan kekhawatiran akan penularan penyakit. Namun Carter mulai menerima tuduhan tidak enak ketika sebuah tulisan di koran menyatakan bahwa Carter kurang memiliki rasa kemanusiaan dengan tidak bertanggung jawab pada nasib anak tersebut.
Carter menerima penghargaan dari Pulitzer karena foto ini, namun ia masih terus dibayangi pertanyaan yang sama oleh banyak orang. Ia hanya bisa meminta maaf sambil menyesali hal yang telah dilakukannya. Carter kemudian bunuh diri tiga bulan setelah menerima Pulitzer Prize karena depresi.
The Last Jew in Vinnitsa (1941)
Yahudi terakhir di Vinnitsa, Ukraina.
"Para Einsatzgruppen memiliki misi untuk melindungi bagian belakang pasukan dengan membunuh orang-orang Yahudi, Romani, fungsionaris komunis, komunis aktif, Slavia tidak kooperatif, dan semua orang yang akan membahayakan keamanan."
- Otto Ohlendorf, Nazi Jerman -
Dalam foto album milik Jerman, ada satu foto yang menjadi foto paling ikonik di abad 20. Foto ini diambil di Vinnitsa, Ukraina, dan terlihat seorang pria Yahudi yang ditodong pistol oleh tentara Nazi. Serangan besar-besaran di Ukraina oleh Nazi Jerman menewaskan lebih dari 4 juta jiwa, termasuk 1 juta kaum Yahudi yang dibunuh oleh salah satu grup task force Nazi bernama Einsatzgruppen. Dalam foto ini menjelaskan tentang fakta bahwa pada tahun 1941 seluruh kaum Yahudi di Vinnitsa dipanggil untuk dieksekusi. Mereka mulai dipanggil sejak 16 September, di sebuah area yang berdekatan dengan airport yang dinamakan “census (sensus)”.
Di sanalah terjadi eksekusi brutal para pria dan wanita Yahudi. Pria dalam foto ini benar-benar menjadi korban terakhir yang hidup di area tersebut. Salah satu tentara Nazi mengarahkan pistol pada dan eksekusi pembunuhan bisa terjadi kapan saja. Foto ini memiliki makna hebat di dalamnya: dingin, ada tatapan menantang dari pria Yahudi terakhir ini, dan mungkin ada gambaran heroik disana.
Di belakang foto ini tertulis sebuah kata-kata: “The last Jew in Vinnitsa” yang tersimpan dalam album milik Einsatzgruppen. Tidak diketahui identitas sang eksekutor, namun beberapa orang menebak bahwa anggota Einsatzgruppen tersebut mungkin saja adalah Franz Walter Stahlecker atau Bruno Müller.
Einstein With His Tongue Out (1951)
Sisi humoris sang jenius Albert Einstein.
"Gerakan ini Anda akan menyukainya, karena ditujukan untuk seluruh umat manusia Seorang warga sipil mampu untuk melakukan apa diplomat tidak ada yang berani.."
- Albert Einstein Howard K. Smith -
Anda pasti sangat mengenali foto Albert Einstein yang satu ini, karena foto ini tersebar luas di seluruh penjuru internet. Unik, adalah kesan pertama yang muncul ketika melihat seorang jenius seperti Einstein berpose seperti ini. Pertanyaannya, apakah foto ini memiliki suatu nilai sejarah tertentu? Bisa dibilang seperti itu karena Einstein menunjukkan sisi lain dari dirinya. Einstein yang memiliki kontribusi besar dalam ilmu fisika adalah sosok yang dihormati banyak orang. Dengan foto ini, orang-orang tidak hanya menganggap Einstein seorang “jenius”, melainkan seorang “jenius dengan selera humor yang tinggi”.
Namun ada kisah apakah dibalik terjulurnya lidah Einstein saat itu? Dalam foto ini, Einstein yang berharap bisa menikmati ulang tahunnya yang ke-72 dengan tenang malah terjebak di Universitas Princeton oleh kepungan para pers yang tak henti-hentinya berdatangan. Mungkin karena bosan tersenyum formal untuk yang kesekian kalinya, Einstein malah memberi pose yang tidak biasa pada seorang photographer bernama Arthur Sasse. Foto ini menjadi fenomenal, ketika seorang pemenang Nobel Prize akan selalu diingat lebih karena kepribadiannya daripada otaknya. Bahkan Einstein sendiri sangat mencintai foto ini.
The Lynching of Young Blacks (1930)
Beratnya kasus rasisme di Amerika Serikat masa lampau.
"Foto itu menghantui saya selama berhari-hari."
- Abel Meeropol, penyair Yahudi -
7 Agustus 1930, photographer Lawrence Beitler mengambil foto ikonik ini. Dalam foto ini terlihat Thomas Shipp dan Abram Smith, dua pria kulit hitam yang digantung karena tuduhan memperkosa seorang wanita kulit putih. Wanita tersebut adalah kekasih dari John Robinson, pria yang menuduh Shipp dan Smith melakukan tindakan tidak senonoh pada kekasihnya. Kemudian 10.000 (ya, sebanyak itu) pria kulit putih berkumpul dan mengeksekusi kedua pria ini atas perbuatan mereka. Eksekusi ini awalnya melibatkan tiga orang, pria kulit hitam lain adalah James Cameron yang akhirnya selamat karena mendapat pembelaan dari ayah wanita tersebut. Foto eksekusi ini menjadi kebanggaan para kaum kulit putih saat itu, bahkan foto ini dicetak menjadi kartu pos. Foto ini juga laku hingga ribuan kopi, dan Beitler sibuk selama lebih dari 10 hari untuk mencetak semua foto yang akan dijual.
Ini adalah bukti ketidak adilan di masa lampau, karena kemudian ditemukan fakta bahwa Shipp dan Smith tidak bersalah. Rasis adalah sesuatu yang lazim di pemerintahan Amerika Serikat masa lalu dan pemberantasannya sangat susah dilakukan. Foto ini sendiri sangat terkenal dan telah menjadi inspirasi untuk pembuatan puisi, buku dan banyak lagu selama bertahun-tahun. Strange Fruit adalah salah satunya, puisi yang dibuat oleh seorang penyair Yahudi bernama Abel Meeropol dan kemudian digubah menjadi sebuah lagu oleh Billie Holiday. Bob Dylan juga mengabadikan momen ini dalam lagunya yang berjudul Desolation Row, dengan bait pertama yang berbunyi: “They’re selling postcards of the hanging”.
Survivor dari peristiwa ini, James Cameron kemudian menjadi aktivis HAM yang berjuang dengan mendirikan tiga chapter National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) pada 1940-an, era ketika perkumpulan Ku Klux Klan masih aktif. Cameron juga mendirikan America's Black Holocaust Museum di Wisconsin, yang didedikasikan untuk Thomas Shipp dan Abram Smith.
Loch Ness Monster (1934)
Monster danau yang menggemparkan dunia.
"Ya Tuhan, itu adalah raksasa tersebut!"
- Christian Spurling -
Isu tentang penampakan monster di danau Loch Ness, Skotlandia mulai dibicarakan sejak tahun 565 M. Namun spekulasi tentang keberadaan monster raksasa ini mulai menghebohkan dunia sejak April 1934, ketika Ian Wetherell mengambil sebuah foto yang dipercaya sebagai penampakan monster di Loch Ness. Sejak saat itu, banyak orang yang penasaran dengan keberadaan sosok makhluk misterius ini. Penelitian besar-besaran mulai dilakukan dengan menghabiskan biaya jutaan dolar setiap tahunnya. Loch Ness juga menarik minat banyak turis di seluruh dunia dengan keberadaan monster yang menghuni tempat ini.
Namun semua pesta itu harus berakhir pada 1994, ketika Christian Spurling mengakui bahwa foto itu palsu. Spurling terlibat dalam pembuatan foto ini, karena ia sendiri yang membuat model monster Loch Ness dari plastik dan bahan lain seperti kapal selam mainan. Spurling mengatakan bahwa ayah tirinya, Marmaduke Wetherell telah dibayar oleh Daily Mail untuk menemukan sosok monster di Loch Ness. Namun alih-alih menemukannya, Watherell malah memalsukan kejadian tersebut dengan membuat sosok monster palsu dengan beberapa temannya dan anaknya yaitu Spurling dan Ian Wetherell. Kejadian ini kemudian mematahkan pepatah tua yang berbunyi: “The camera never lies.” Well, people do.
Walaupun telah terbukti bahwa monster Loch Ness adalah rekayasa semata, masih banyak pihak yang percaya bahwa monster yang dikenal dengan nama Nessie ini benar-benar ada.
V-J Day, Times Square a.k.a. The Kiss (1945)
Kisah dibalik foto ini tidak seromantis yang Anda kira.
- Alfred Eisenstaedt, fotografer -
14 Agustus 1945, tersebar kabar di Amerika Serikat tentang menyerahnya
Jepang yang menjadi sinyal bahwa Perang Dunia II telah berakhir.
Selebrasi kemudian terjadi di jalanan, semua orang merayakan hari
kebebasan tersebut. Di antara para massa yang berkumpul di Times Square saat itu, hadir seorang photographer
paling berbakat di abad 20, seorang imigran Jerman bernama Alfred
Eisenstaedt. Ia sibuk mengabadikan beberapa foto selebrasi, dan kemudian
ia melihat seorang pria yang dikenali sebagai seorang pelaut berlari
dan merangkul setiap gadis yang ditemuinya. Ia kemudian mengatakan bahwa
pria tersebut tidak peduli apakah setiap wanita yang ditemuinya sudah
tua, gemuk, kurus, semua itu tidak menjadi masalah bagi pelaut tersebut.
Namun tentu saja, Eisenstaedt yang mulai mengikuti pria tersebut
menunggu si pelaut memilih wanita yang tepat demi pengabadian momen yang
sempurna. Eisenstaedt kemudian berhasil mengabadikan momen yang telah
dinantikannya ketika si pelaut merangkul seorang suster cantik (beberapa
pihak mengatakan bahwa wanita ini adalah asisten dokter gigi) dan “mengunci”
mulutnya. Foto ini menjadi fenomenal dan tampil dalam banyak koran di
seluruh penjuru negeri. Foto ini memang bukan tentang kejadian romantis
ketika seseorang bertemu kekasihnya sejak berpisah dalam waktu yang
lama, namun bukan juga sebuah rekayasa seperti yang telah dituduhkan
oleh banyak kritikus. Dipandang dari beberapa sisi, foto ini mengandung
simbol kebahagiaan besar Amerika Serikat yang akhirnya bebas setelah
perjuangan yang panjang.
sumber: http://news.lintas.me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar