Mengutip sebuah laporan dari The Washington post, “Bagaimanakah pandangan dunia terhadap gaya berpakaian yang tepat di muka umum?”
Grafik yang menarik ini menunjukkan bagaimana orang Timur Tengah berpikir tentang gaya perempuan dalam berpakaian yang sepatutnya, dikatakan oleh Max Fisher.
Jilbab dapat menjadi kontroversial di Timur Tengah. Pandangan tentang itu sangat bervariasi dan berbeda di setiap negara. Berkembangnya perdebatan dari hari ke hari di setiap negara yang berbeda.
Gambaran yang mencerminkan keragaman pendapat di wilayah ini tentang bagaimana wanita harus berpakaian dan kekuatan (masyarakat) yang lebih besar menguasai perdebatan tersebut. Kisaran yang sebenarnya ‘berhasil dibawa pulang’ oleh grafik ini, dirakit oleh Pew Research Center, memperlihatkan bagaimana orang-orang di tujuh negara besar area Timur Tengah menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh University of Michigan atas sebuah penelitian : Manakah di antara enam gaya gaun (pakaian) ini, yang paling sesuai untuk perempuan?
[Sumber data/doc: University of Michigan Institut Riset Sosial (Pew Research)]
Sahabat-sahabat yang dimuliakan Allah, penilaian masyarakat tidak berarti mutlak benar, pergeseran nilai dan proses asimilasi budaya menyebabkan pergeseran nilai pula di mata publik. Semisal di Kuwait dan Bahrain, di Lebanon, dan kota-kota besar di Turkey, pakaian tanpa lengan dan celana ketat sudah tak asing lagi, meskipun dipergunakan oleh orang pribumi Arab.
Sedangkan di UK, Prancis, dan Eropa Timur mengalami peningkatan jumlah wanita pribumi yang memakai cadar/burqa, seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang tertarik dan mempelajari Islam, yang kemudian memeluk agama Islam atas keputusan pribadi.
Maka, sebagai muslim dan muslimah tangguh, bijaksanalah dalam membaca grafik tersebut, menggali ilmu pengetahuan adalah tugas kita sepanjang hayat. Jika itu adalah ‘pandangan masyarakat/publik’, terpikirkah kita, bagaimanakah dengan pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Kita diciptakan bukan untuk menyenangkan seluruh manusia, melainkan untuk beribadah (menyenangkan pandangan Allah SWT), kita taat dan tunduk sebagai hambaNya, bukan patuh kepada persepsi publik.
Fenomena di Asia pun telah tertular ke benua lainnya, bahwa gaya berpakaian ‘yang menyenangkan publik’ dianggap sebagai hal yang tepat untuk bisa diterima masyarakat, sehingga disadari atau tidak, banyak muslimah menonjolkan modernisasi dan gaya fashion terbaru dengan latah, dibandingkan meneguhkan nilai syariat Islam dalam berbusana. Apalagi, dukungan perputaran nilai mata uang menjadi alasan lain dalam hal ini, maka imbasnya perlahan-lahan pakaian muslimah dipendek-pendekkan, dikurangi bahannya, bahkan menularkan ‘kreasi’ pada muslimah yang terbiasa tidak peduli pada mode terbaru. Tampak makna serta persepsi menutup aurat pun dikaburkan, dengan bahasa halus dan alasan ‘proses belajar’ dalam kekuasaan ‘penilaian masyarakat’.
Istiqomah memang tidak mudah. Sebagaimana goresan sejarah yang terdapat dalam lembaran shirah nubuwah. Semoga hati kita mantap dalam ketaatan pada-Nya, dalam perjuangan untuk istiqomah sepanjang masa. Maha benar Allah SWT dalam firman-Nya yang bermakna, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat:30)
Wallohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar