Asal Usul Manusia Bisa Bernapas
Para ilmuwan dari Universitas Alaska di Fairbanks menemukan asal-usul bagaimana nenek moyang manusia bisa bernapas. Dalam penelitian terungkap, kemampuan bernapas bukan berasal dari makhluk yang sudah memiliki paru-paru. Tetapi, yang memunyai “generator irama”.
Penelitian yang disajikan dalam pertemuan tahunan Society for Neuroscience di New Orleans, Amerika Serikat, menjelaskan tentang proses evolusi bernapas manusia.
Ketua peneliti, Michael Harris mengatakan, untuk bernapas dengan paru-paru, manusia butuh lebih dari sekedar paru-paru. “Anda perlu jejaring saraf yang peka terhadap karbon dioksida. Jejaring saraf itulah yang membuat manusia atau golongan vertebrata lain mampu menghirup oksigen yang kemudian diubah oleh sel menjadi energi serta mengeluarkan karbon dioksida sebagai sisa metabolism,” paparnya.
Sederhananya, cara bernapas manusia dan vertebrata sangat berpengaruh pada perkembangan jejaring saraf yang peka terhadap karbon dioksida. Harris menyebutnya “generator irama”.
Harris menelusuri asal-muasal generator irama tersebut lalu meyakini bahwa kemampuan bernapas tak berasal dari hewan yang sudah memiliki paru-paru. Namun, makhluk yang memang memiliki generator irama.
"Kami mencoba meneliti contoh hidup hewan yang tak bernafas, seperti lamprey dan mencoba melihat bukti generator iramna yang bisa melakukan aktivitas selain pernafasan," ungkap Harris.
Dalam penelitian, Harris menggunakan objek ikan lamprey yang merupakan jenis ikan primitif. Fauna itu tak punya paru-paru dan tak bernapas dengan mekanisme yang sama dengan vertebrata. Sebagai larva, lamprey hidup di lumpur. Sementara, oksigen dan makanan didapatkan dengan memompa air ke tubuhnya. Lamprey punya perilaku mirip batuk pada untuk membersihkan diri dari lumpur. Perilaku ini dikendalikan oleh pusat generator irama di otak.
"Kami berpikir bahwa perilaku batuk pada lamprey mirip dengan pernapasan pada amfibi," kata Harris.
Ketika peneliti mengambil sampel otak lamprey dan mengukur aktivitas saraf terkait pernapasan, mereka menemukan pola yang menunjukkan aktivitas pernapasan dan generator irama yang sensitif dengan karbon dioksida.
Proses evolusi terus berlangsung hingga kemampuan bernapas kemudian dimiliki ikan. Dalam perkembangannya, terjadi evolusi yang memunculkan hewan darat, meliputi amfibi, reptil dan mamalia pun memunyai kemampuan bernapas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar