Pulang Kampung
aku tertidur seperti tenggelam
dalam pusara ingatan
segalanya seperti dibangkitkan
cenayang dan jin laut
serupa tenung, menghapus segala kenang
di sini karang sudah lama padam
dan laut serupa silsilah
terus menukik dan menghantam apa saja
ingatanku tumbuh
seperti batang jati
di petak ladang yang hilang jalan
dalam tidur kutemukan
wajah-wajah tak kukenal
dalam kecemasan yang sama
mereka menghitung dunia dari dalam
dompet mereka yang robek
tangan mereka hitam oleh getah gambir
yang sepanjang hari mereka akrabi liat licinnya
keringat mereka seperti hujan di dadaku
lalu tumbuh sebatang jagung dengan
malas dan malu-malu
mereka menatapku dengan asing
dan kesunyian yang dalam
di mata mereka tumbuh lampu-lampu
dan bendera asing, lalu bermunculan
banyak iklan; motor, celana-baju baru dan
lebaran yang lewat dengan sia-sia
handphoneku berdering, mereka
menggigil semakin nyaring, menyanyikan
amsal-amsal kota jauh
tentang selingkuh yang sentimental
serupa ratok, yang didendangkan begitu murung
aku terjaga dari tidurku yang singkat
tapi mereka, yang bermain dalam mimpiku
tak bisa pulang
mereka bergelantungan di pohon nilam, di batang
durian, di cabang rambutan dan seluruh akar tubuhku
dari jauh, mobil-mobil panjang dan besar
menggilas mereka, sampai tak satu pun
bisa mengingatnya. yang lain bergelantungan
lalu menghapus dirinya dari pohon silsilah
aku tak tahu, batas antara tidur dan jaga
diam-diam merasa kalah dan tak hendak
bangun lagi.
lansano, oktober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar