Bulan Muharam merupakan bulan keberkatan dan rahmat kerana bermula dari bulan inilah berlakunya segala kejadian alam ini. Bulan Muharam juga merupakan bulan yang penuh sejarah, di mana banyak peristiwa yang terjadii menunjukkan kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada makhluk-nya.
Banyak peristiwa bersejarah yang terjadi pada 10 Muharam, di mana pada hari inilah, Allah telah memuliakan Nabi-Nabi dengan sepuluh kehormatan.
1. Setelah beratus-ratus tahun meminta
ampun dan taubat pada Allah, maka pada hari yang bersejarah 10 Muharam
inilah, Allah telah menerima taubat Nabi Adam. Ini adalah satu
penghormatan kepada Nabi Adam a.s.
2. Pada 10 Muharam juga, Nabi Idris a.s telah di bawa ke langit, sebagai tanda Allah menaikkan derajat baginda.
3. Pada 10 Muharam, tarikh berlabuhnya
perahu Nabi Nuh a.s kerana banjir yang melanda seluruh alam di mana
hanya ada 40 keluarga termasuk manusia binatang saja yang terselamatkan
dari banjir tersebut. Kita merupakan cucu-cicit di antara 40 keluarga
tadi. Ini merupakan penghormatan kepada Nabi Nuh a.s kerana 40 keluarga
ini saja yang terselamatkan dan dipilih oleh Allah. Selain dari itu,
mereka adalah orang-orang yang ingkar pada Nabi Nuh a.s.
4. Nabi Ibrahim dilahirkan pada 10
Muharam dan diangkat sebagai Khalilullah (kekasih Allah). Juga ia adalah
hari di mana beliau diselamatkan dari api yang dinyalakan oleh Namrud.
Nabi Ibrahim diberi penghormatan dengan Allah memerintahkan kepada api
supaya menjadi sejuk dan tidak membakar Nabi Ibrahim. Maka
terselamatkanlah Nabi Ibrahim dari kekejaman Namrud dan kaumnya.
5. Pada 10 Muharam ini juga Allah
menerima taubat Nabi Daud kerana Nabi Daud merampas isteri orang
walaupun bagainda sendiri sudah ada 99 orang isteri, masih lagi ingin
isteri orang. Oleh kerana Nabi Daud telah membuatkan si suami rasa kecil
hati, maka Allah turunkan dua malaikat menyamar sebagai manusia untuk
menegur dan menyindir atas perbuatan Nabi Daud itu. Dengan itu sedarlah
Nabi Daud atas perbuatannya dan memohon ampun pada Allah. Sebagai
penghormatan kepada Nabi Daud a.s maka Allah mengampunkan baginda pada
10 Muharam.
6. Pada 10 Muharam ini juga, Allah
mengangkat Nabi Isa ke langit, di mana Allah telah menukarkan Nabi Isa
dengan Yahuza. Ini merupakan satu penghormatan kepada Nabi Isa daripada
kekejaman kaum Bani Israil.
7. Allah juga telah menyelamatkan Nabi
Musa pada 10 Muharam daripada kekejaman Firaun dengan mengurniakan
mukjizat iaitu tongkat yang dapat menjadi ular besar yang memakan semua
ular-ular ahli sihir dan menjadikan laut terbelah untuk dilalui oleh
tentera Nabi Musa dan terkambus semula apabila dilalui oleh Firaun dan
tenteranya. Maka tenggelamlah mereka di Laut Merah. Mukjizat yang
dikurniakan Allah kepada Nabi Musa ini merupakan satu penghormatan
kepada Nabi Musa a.s
8. Allah juga telah menenggelamkan
Firaun, Haman dan Qarun serta kesemua harta-harta Qarun dalam bumi
kerana kezaliman mereka. 10 Muharam, merupakan berakhirnya kekejaman
Firaun buat masa itu.
9. Allah juga telah mengeluarkan Nabi
Yunus dari perut ikan setelah berada selama 40 hari di dalamnya. Allah
telah memberikan hukuman secara tidak langsung kepada Nabi Yunus dengan
cara ikan Nun menelannya. Dan pada 10 Muharam ini, Allah mengurniakan
penghormatan kepada baginda dengan mengampun dan mengeluarkannya dari
perut ikan Nun.
10. Allah juga telah mengembalikan
kerajaan Nabi Sulaiman a.s pada 10 Muharam sebagai penghormatan kepada
baginda. Dengan itu, mereka berpuasa dan beribadah kepada Allah sebagai
tanda kesyukuran kepada Allah swt. Nabi saw telah bersabda dengan
maksudnya: “Saya dahulu telah menyuruh kamu berpuasa sebagai perintah
wajib puasa Asyura, tetapi kini terserahlah kepada sesiapa yang suka
berpuasa, maka dibolehkan berpuasa dan sesiapa yang tidak sukar boleh
meninggalkannya.”
Keistimewaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Ibadah
puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan
Muharram.” Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka
yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar
dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan
hari ‘Asyura. Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah
dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah
biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Menurut orang-orang Yahudi itu,
tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan
pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan
melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas
tenggelam. Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Kami lebih
dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan
agar umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura. Bahkan dalam sejumlah
tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari ‘Asyura diwajibkan.
Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada
hari ‘Asyura disunahkan.Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, “Ketika
Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari ‘Asyura dan
memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan
menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan
saja dan kewajiban puasa pada hari ‘Asyura dihilangkan. Umat Islam
boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak
berpuasa, jika ia mau.” Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari
‘Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan
Ramadhan. Abdullah Ibn Mas’ud mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih
berpuasa pada hari ‘Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih
berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ‘Asyura.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari
‘Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa
hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa
hari ‘Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw,
orang Yahudi hanya berpuasa pada hari ‘Asyura saja dan Rasulullah ingin
membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia
menyarankan umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura ditambah puasa satu
hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram
atau tanggal 10 dan 11 Muharram). Selain berpuasa, umat Islam disarankan
untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk
keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam
hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal
itu boleh dilakukan.
Bulan Muharram adalah bulan pertama
dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum
datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci
dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan
dan pertumpahan darah.
Legenda Dan Mitos Bulan Muharram
Banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari Asyura
atau pada tanggal ke-10 pada bulan Muaharram, meskipun tidak ada sumber
otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di
kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari’Asyura Nabi Adam
diciptakan, pada hari ‘Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari ‘Asyura
Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari ‘Asyura Kiamat akan
terjadi dan siapa yang mandi pada hari ‘Asyura diyakini tidak akan mudah
terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya
dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka
untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari ‘Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian
hari ‘Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat
berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu
peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari ‘Asyura tidak
bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa
kesucian hari ‘Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw
jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan
bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari
‘Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya
tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah
bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada
bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang
tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara
khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam
peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju
atau memukuli dada sendiri. Nabi Muhammad sangat melarang umatnya
melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti
itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman
jahiliyah. Rasulullah bersabda, “Bukanlah termasuk umatku yang memukuli
dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman
jahiliyah.”
Hari Bersejarah Pada Bulan Muharram
Banyak sekali Peristiwa Bersejarah pada
bulan Muharram, antara lain pada tanggal 10 Muharram Hari Asyura /
Syahidnya Imam Husain pada Tahun 61H, pembantaian seluruh keluarga dan
pengikut rombongan oleh pasukan Yazid; Nabi Adam bertaubat kepada
Allah; Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit; Nabi Nuh diselamatkan
Allah keluar dr perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama 6 bulan;
Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud; Allah
menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa; Nabi Yusuf dibebaskan dari
penjara; Penglihatan Nabi Yaakob yang kabur dipulihkkan Allah; Nabi Ayub
dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya; Nabi Yunus
selamat keluar setelah berada di dalam perut ikan paus selama 40 hari 40
malam; Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan
pengikutnya dari tentara Firaun; Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah;
Nabi Sulaiman dikurniakan Allah kerajaan yang besar; Hari pertama Allah
menciptakan alam; Hari Pertama Allah menurunkan rahmat; Hari pertama
Allah menurunkan hujan; Allah menjadikan ‘Arasy; Allah menjadikan Luh
Mahfuz; Allah menjadikan alam; Allah menjadikan Malaikat Jibril dan Nabi
Isa diangkat ke langit. Pada tanggal 16 Muharram terjadi perubahaan
Qiblat, dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram/Makkah.
Hukum puasa pada hari ‘Asyura adalah sunnat muakkad.
وعن ابن عباس رضى الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم صام يوم عا شوراء وامر بصيامه
“Dari Ibnu ‘Abbas r.a, bahwa Rasulullah saw melakukan puasa pada hari ‘Asyura dan beliau memerintahkan untuk melakukannya”
(Muttafaq ‘alaih)
Imam Bukhori dan Imam Muslim berpendapat bahwa kata “memerintahkan” pada hadits tersebut hukumnya tidak sampai derajat wajib, tetapi sunat.
Pahala melakukan puasa pada hari ‘Asyura adalah sesuai dengan hadits :
وعن ابي قتادة رضى الله عنه ان رسول الله سئل عن صيام يوم عا شوراء فقال يكفر السنة الماضية
“Dari Ibn Qatadah r.a, bahwa Rasulullah saw ditanya soal puasa pada hari ‘Asyura. Beliau bersabda bahwa puasa hari ‘Asyura bisa mengkafarati dosa (kecil) selama satu tahun ke belakang”.
(HR Muslim)
Hukum puasa pada hari ‘Tasu’a juga sunnat , sesuai hadits nabi :
وعن ابن عباس رضى الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لئن بقيت الى قابل لا صومن التاسع
“Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan”.
(HR Muslim)
Hikmah dianjurkannya puasa hari ke 10 disertai dengan hari sebelumnya/hari ke 9 adalah :
- Supaya berbeda dengan umat Yahudi, karena mereka juga dulu menjalankan tradisi puasa bertepatan pada tanggal 10 muharam saja, sehingga untuk membedakannya disunatkan bagi umat Islam melakukan puasa pada tanggal 9 10 muharam
- Menjaga kehati-hatian dari salah penanggalan awal muharam terutama bagi mereka yang ragu-ragu penentuan tanggal 1 muharam.
- Menjaga dari sebagian pendapat ulama bahwa puasa hanya 1 hari tanpa ada hari lain yang menemani adalah hal yang kurang baik, hal ini berdasarkan itba’ kepada pendapat yang menyatakan bahwa puasa pada hari jumat saja tanpa hari sebelum atau sesudahnya adalah kurang baik, namun Imam Syafi’I dalam Al Um, menegaskan bahwa tidak apa-apa menjalankan puasa hanya pada tanggal 10 Muharamnya saja, tanpa hari sebelumya.
صوموا يوم عا شوراء وخالفوا اليهود وصوموا قبله يوما وبعده يوما
“Puasalah kamu pada hari ‘Asyura dan berbedalah dengan puasa kaum Yahudi, dan puasalah sehari sebelumnya serta sehari setelahnya”
Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.
(Segala puji bagi Allah yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon ampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya)
Keluarga kajian yang dimanapun berada, semoga selalu berada dalam limpahan rahmat dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
Beberapa hari lagi, tahun hijriah akan bertambah angka digit terakhirnya dan tak terasa satu tahun Allah swt telah memberikan kita kesempatan untuk hidup meraih rahmatNya sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. Bulan Muharram sebagai awal bulan pembuka Tahun Hijriah memiliki keistimewaan tersendiri diantara bulan Hijriah lainnya, berikut mari kita simak Ayat cintaNya dan Hadist tentang Bulan Muharram dan keutamaan Puasa Asy-syuara di Bulan Muharram.
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan Allah dimana empat bulan tersebut adalah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah swt berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram,” (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang, bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai rasa syukur atas pertolongan Allah.
Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan.
Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah berhijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah ternyata juga bershaum pada hari tersebut. Maka beliau bertanya kepada mereka. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :
Bahwa Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah, beliau mendapat Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka beliau bertanya (kepada mereka) : “Hari apakah ini yang kalian bershaum padanya?” Maka mereka menjawab : “Ini merupakan hari yang agung, yaitu pada hari tersebut Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun bersama kaumnya. Maka Musa bershaum pada hari tersebut dalam rangka bersyukur (kepada Allah). Maka kami pun bershaum pada hari tersebut” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari tersebut dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari tersebut. [HR. Al-Bukhari 2004, 3397, 3943, 4680, 4737. Muslim 1130]
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shaum pada hari Asyura`, maka beliau menjawab :
“(Shaum tersebut) menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.” [HR. Muslim 1162)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi Rasulullah saw memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh karena itu beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umum, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal: 9 dan 10, atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah saw memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR. Muslim).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Shaum ‘Asyura` memiliki empat tingkatan :
- Tingkat Pertama : bershaum pada tanggal 9, 10, dan 11. Ini merupakan tingkatan tertinggi. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad : Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Selisihilah kaum Yahudi.” Dan karena seorang jika ia bershaum (pada) 3 hari (tersebut), maka ia sekaligus memperoleh keutamaan shaum 3 hari setiap bulan.
- Tingkat Kedua : bershaum pada tanggal 9 dan 10. Berdasarkan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Kalau saya hidup sampai tahun depan, niscaya aku bershaum pada hari ke-9.” Ini beliau ucapkan ketika disampaikan kepada beliau bahwa kaum Yahudi juga bershaum pada hari ke-10, dan beliau suka untuk berbeda dengan kaum Yahudi, bahkan dengan semua orang kafir.
- Tingkat Ketiga : bershaum pada tanggal 10 dan 11.
- Tingkat Keempat : bershaum pada tanggal 10 saja. Di antara ‘ulama ada yang berpendapat hukumnya mubah, namun ada juga yang berpendapat hukumnya makruh.
Sementara yang berpendapat hukumnya makruh berdalil dengan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” Dalam lafazh lain, “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” Sabda beliau ini berkonsekuensi wajibnya menambahkan satu hari dalam rangka menyelisihi (kaum Yahudi), atau minimalnya menunjukkan makruh menyendirikan shaum pada hari itu (hari ke-10) saja. Pendapat yang menyatakan makruh menyendirikan shaum pada hari itu saja merupakan pendapat yang kuat.”
Kesibukan yang ada, terkadang membuat kita lupa esok tanggal berapa, jika saat ini keluarga kajian dekat dengan alat yang bisa mengingatkan keluarga kajian semua akan pentingnya shaum bulan Muharram, kita buat “reminder” yuk, bersiap menyambut keutamaannya dengan berniat untuk melaksanakannya esok di tanggal 9, 10 Muharram. Selamat menempuh tahun baru dengan peluang kesuksesan dan kenikmatan memperoleh rizki di dunia untuk mendapatkan akhiratnya.
Demikianlah artikel mengenai Bulan Muharram, semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar