BEIJING -
Penelitian terbaru yang dilakukan di China mengungkapkan orang-orang di
negeri tirai bambu cenderung mengungkapkan amarahnya di media sosial
ketimbang menggunakannya untuk berkomunikasi. Berkaca dari data
tersebut, hasil ini bisa jadi sampel kecil bagi pengguna sosmed di
seluruh dunia.
Tim peneliti dari Beihang University menunjukkan bahwa penduduk China lebih sering mengekspresikan amarah di jejaring sosial asal China, Sina Weibo, ketimbang mengungkapkan kebahagiaan, kesedihan, atau interaksi antar teman.
"Dihubungkan dengan kaitan sosial di media online, beberapa pengguna dapat memengaruhi emosi pengguna lain. Kami menemukan korelasi bahwa kemarahan pada pengguna lebih tinggi daripada rasa senang. Yang berarti ada indikasi bahwa ungkapan marah bisa menyebar lebih cepat di media sosial," tulis laporan penelitian seperti dikutip dari CNet.
Penelitian juga menunjukan bahwa komentar yang berbau kemarahan bisa menyebar tiga kali lipat dibandingkan dengan postingan asli yang menunjukkan kemarahan. Peneliti juga menyebutkan kebanyakan pengguna mengungkapkan kemarahannya perihal sistem politik di China.
Tim peneliti dari Beihang University menunjukkan bahwa penduduk China lebih sering mengekspresikan amarah di jejaring sosial asal China, Sina Weibo, ketimbang mengungkapkan kebahagiaan, kesedihan, atau interaksi antar teman.
"Dihubungkan dengan kaitan sosial di media online, beberapa pengguna dapat memengaruhi emosi pengguna lain. Kami menemukan korelasi bahwa kemarahan pada pengguna lebih tinggi daripada rasa senang. Yang berarti ada indikasi bahwa ungkapan marah bisa menyebar lebih cepat di media sosial," tulis laporan penelitian seperti dikutip dari CNet.
Penelitian juga menunjukan bahwa komentar yang berbau kemarahan bisa menyebar tiga kali lipat dibandingkan dengan postingan asli yang menunjukkan kemarahan. Peneliti juga menyebutkan kebanyakan pengguna mengungkapkan kemarahannya perihal sistem politik di China.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar