Hingga kini masih banyak orang yang menganggap bahwa film hanyalah sebuah tontonan yang bersifat hiburan semata. Dan tidak sedikit pula, kebanyakan orang ternyata tidak tahu bahwa dibalik sebuah film banyak menyimpan pesan-pesan yang justru akan mempengaruhi pikiran bawah sadar mereka.
Bicara tentang dunia perfilm-an, maka sesungguhnya pikiran kita akan tertuju pada industri raksasa perfilm-an dunia bernama Hollywood. Kerana dunia telah mengakui betapa hebatnya mereka membuat adegan filem dengan skala teknologi animasi yang sangat canggih. Tapi kini, harusnya kita mulai membuka mata bahawa hasil karya mereka tercipta bukan tanpa maksud, film yang mereka ciptakan bukan lahir di atas imajinasi semata, dan skenario yang mereka garap tercipta bukan by accident tapi by-design.
Jika hal ini kita sepakati, maka yang perlu kita ketahui selanjutnya adalah; siapa yang ‘menciptakan’ sebuah flem? Siapa orang-orang yang berada di balik sekanrio besar Hollywood? Apa tujuan mereka? Dan langkah apa yang mereka tempuh untuk mencapai visi mereka ?
Mari kita lihat X-Men First Class, satu dari sekian banyak film-film yang diciptakan Hollywood yang juga merupakan hasil karya up-to-date ketika itu dan cukup relevan untuk dijadikan batu pijakan guna memahami karya-karya Hollywood lain.
X-Men First Class adalah salah satu sub-tema terbaru di antara filem X-Men lain semisal X-Men The Last Stand dan X-Men the Origin: Wolverine yang telah dibuat ditahun-tahun sebelumnya. Dalam film ini dikisahkan tentang awal-mula terbentuknya sebuah kumpulan Mutant di bawah naungan sekolah yang diasuh oleh Profesor X. Kisah X-Men sendiri berasal dari komik terbitan Marvel. Oleh itu, ketika diangkat ke layar lebar, 21st Fox Century harus memasukkan Marvel Entertainment dan Dune Entertainment sebagai rumah produksi untuk menggarap filem ini.
Dalam awal cerita, kita akan diperkenalkan dengan seorang anak kecil bernama Erik Lensherr dengan lokasi cerita di Poland tahun 1944. Erik jua lah yang nantinya akan menamatkan kisah dalam film ini. Boleh dikatakan, film ini secara garis besar ingin mengisahkan bagaimana liku-liku Erik dalam menjalani hidupnya. Rasa sedih, dendam, amarah dan cita-cita yang ingin ia capai. Lantas, siapa sebenarnya Erik?
Jika mengikuti alur cerita, kita akan tahu bahawa Erik adalah Magneto Junior, hanya saja ini bukan yang akan kita bahas.Namun pembahasan kita berkaitan dengan pesan tersembunyi yang dilakoni oleh Erik dan lakon-lakon lain baik itu berupa ucapan, kalimah, tindakan, maupun simbol.
Dalam film X-Men First Class, belum sampai dua menit, anda akan diperlihatkan sebuah simbol yang terdapat pada baju yang dipakai Erik, yang tentunya kita semua telah mengenal baik simbol ini. Ya, itu adalah logo heksagram, logo bintang David yang telah menjadi simbol bangsa Zionis. Sebuah simbol rasmi bendera Israel. Simbol tersebut seolah menandakan bahawa dalam cerita ini, pergerakan Zionisme dilakonkan oleh Erik.
Perlu diketahui juga, bahawa Erik dan keluarganya dalam filem ini dikisahkan sebagai tawanan Nazi, dan itu berkaitan erat dengan cerita konyol Holocaust di mana para Zionis berupaya untuk mengais simpati dunia bahawa mereka adalah kaum tertindas yang berhak ‘merebut’ tanah Palestina. Namun tentu saja ini logika keliru, karena yang pernah menindas Israel adalah Jerman dan bukanlah Palestina.
Baik, kita pause adegan Erik, lalu kita beralih ke seting lokasi di Westchester New York tahun 1944. Disini kita akan menyaksikan sebuah adegan di mana seorang anak kecil bernama Charles Francis Xavier tidur lelap, ia lalu terhenyak terkejut ketika mendengar suara mencurigakan datang dari arah dapur. Kontan Charles Xavier beranjak dari tempat tidurnya untuk memastikan suara apa itu?Setibanya di dapur dia baru tahu, ternyata ada maling kecil yang menyusup ke rumahnya untuk mencuri makanan.
Pencuri tersebut tak ubah seorang Mutant bertubuh biru dengan kemampuan menukar wujudnya seperti siapa saja, layaknya iblis yang mampu berubah wujud dan menyamar.Tapi jika diperhatikan lebih detail lagi, ternyata lantai dapur di rumah Xavier tersebut mempunyai motif yang sudah tidak asing lagi, iaitu ‘Checkered Floor’ alias lantai hitam-putih ciri khas Freemason yang selalu menjadi motif lantai dalam loji tempat mereka ‘beribadah’.
Lantai hitam-putih dalam keyakinan Freemason diyakini sebagai simbol persilangan dua alam, yaitu alam nyata dan alam ghaib, atau lebih tepatnya, antara alam manusia dan alam jin (al-tsaqalain). Lantai hitam-putih acap kali dimasukkan dalam perfilm-an dan konser musik. Dalam adegan kali ini, terlihat jelas bahawa Xavier-sebagai manusia-tengah ‘bertemu’ dengan Raven, sebuah makhluk bertubuh biru yang dikesankan seperti jin.
Albert Pike, seorang Freemason derajat-33 dan juga pengasas gerakan perkauman KKK (Ku Klux Kan) menyatakan bahawa Freemason hampir seluruhnya diasaskan oleh Kabbala. Ertinya, ritual kaum Mason tak kan jauh dari amalan sihir ini simbol-simbol warisan paganisme Babilon dan Mesir kuno. Motif ‘lantai hitam-putih’ juga digunakan pada adegan ketika Erik-yang telah dewasa-berada di sebuah bar di Villa Gesell-Argentina ketika mencari Sebastian Shaw.
Dan jika kita kembali lagi ke bilik Xavier persis sebelum adegan pertemuannya dengan Raven, maka perhatikan apa yang terdapat di atas meja di dekat katil Xavier. Di situ terdapat tiga buah gambar, di sebelah sudut kiri adalah Charles Darwin, dan yang sebelah sudut kanan adalah Albert Einstein. Apa hubungannya dengan Xavier? Lantas, mengapa ada persamaan dengan nama pertama mereka; ‘Charles’ Darwin dan ‘Charles’ Xavier? Dan apakah semua itu kebetulan?
Untuk ukuran seorang anak kecil, lebih sesuai jika Xavier meletakkan gambar kedua-dua orang-tuanya di figura tersebut, kerana sungguh janggal jika seorang anak SD meletakkan gambar Darwin dan Einstein dalam bingkai gambar privat seolah kedua-dua orang tersebut adalah orang tuanya. Mungkin jika sepintas dilihat, penonton tidak terlalu memperhatikan gambar tersebut, dan terbesit jika itu hanyalah gambar-gambar keluarga atau orang tuanya, namun sekali lagi, itu bukanlah gambar keluarganya, lantas kenapa harus Darwin dan Einstein gambar yang dipilih sang pengarah untuk diletakkan di atas meja Xavier?
Dari empat perkara inilah kita mengetahui pesan rahasia yang tersembunyi dalam film X-Men First Class ini, pertama adalah logo Heksagram (bintang David) yang mewakili gerakan Zionisme, kedua adalah lantai hitam-putih sebagai simbol gerakan Freemason, ketiga adalah Charles Darwin dan keempat adalah Albert Einstein.Hingga akhir cerita film ini, semua akan berkaitan dengan empat unsur tersebut, saling berkaitan dan menuju kepada sebuah pesan tersembunyi yang dibisikkan secara halus ke dalam pikiran berjuta-juta penonton.
Dari fakta- fakta diatas, apakah kita masih menganggap ini semua sebagai ‘kebetulan’ semata? Tentu saja tidak. Kita juga sadar, bahwa kemungkinan besar alasan sang sutradara menamakan tokoh pada film ini dengan nama-nama keluarga Charles Darwin, tidak lain sebagai penghormatan terhadap Darwin sekaligus ideologi materialis yang merupakan kredo bersama bagi kaum anti-Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar